SEARCHING HERE

Senin, 12 April 2010

Penugasan Pekerjaan

Pendahuluan
Dewasa ini banyak tumbuh berbagai usaha yang memproduksi barang dan jasa. Setiap usaha dituntut kemampuanya dalam meningkatkan efisiensi dan mengefektifkan penggunaan Sumber Daya Manusia yang dimiliki. Untuk menjalankan sebuah usaha harus dicermati cara yang terbaik agar didapat hasil yang memuaskan, semua itu dapat diraih dengan cara menjalankan strategi strategi atau teknik-teknik yang kiranya dapat meningkatkan keberhasilan suatu usaha.
Manajemen produksi sering menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan alokasi optimal dari berbagai macam sumber daya yang produktif, terutama tenaga kerja. Masalah ini disebut masalah penugasan (Assignment Problem), yang merupakan suatu kasus khusus dari masalah linier. Salah satu teknik pemecahan masalah-masalah penugasan yang tersedia adalah Metode Hugarian. Dalam masalah penugasan (Assignment Problem), kita dapat mendelegasikan sejumlah tugas (Assignment) kepada sejumlah penerimaan tugas (Assignee) dalam basis satu satu.
Jadi pada masalah penugasan ini diasumsikan bahwa jumlah karyawan sama dengan jumlah pekerjaan. Selain data jumlah karyawan dan jumlah pekerjaan yang terlibat, data lain yang biasa diperlukan oleh besar kerugian yang ditimbulkan atau besar keuntungan yang didapat oleh setiap karyawan dalam setiap menyelesaikan setiap pekerjaan, berdasarkan waktu penyelesaiannya.

Pengertian
Job assignment merupakan salah satu alternatif metode pengembangan yang saat ini populer diterapkan di beberapa organisasi. Namun sebelum kita sampai di job assignment, kita harus tahu terlebih dahulu tujuan dari sebuah program pengembangan.
Program pengembangan diperlukan organisasi untuk mengisi gap antara job requirement dan kapabilitas yang dimiliki oleh karyawan. Program pengembangan ini harus laras dengan obyektif dari organisasi. Organisasi harus memiliki basis dalam menentukan rencana pengembangan karyawannya.
Basis ini bisa diperoleh berdasarkan assessment terhadap kompetensi karyawan (baik teknikal maupun perilaku). Dari program pengembangan tersebut, akan dipilih metode pengembangan. Dasar menentukan metode pengembangan bisa dari jenis kompetensi yang diperlukan, urgensi dari keterampilan/kemampuan yang diperlukan dan anggaran yang tersedia. Job assignment merupakan salah satu dari metode pengembangan yang dapat dipilih organisasi.
Job assignment biasanya diambil untuk mendukung pengembangan yang dilakukan di kelas dengan tujuan agar karyawan memiliki kesempatan untuk mempraktekkan pengembangan tersebut dalam pekerjaannya. Sebagai contoh dari usaha percetakan.
Awal mulanya hanya menerima cetakan saja, namun kemudian ternyata bisnis menuntut agar memiliki juga tenaga lay outer, di lain pihak, tidak ingin menambah jumlah karyawan, maka diputuskan mengikutsertakan salah seorang karyawan dari bagian penerimaan order yang ia nilai masih bisa dikembangkan untuk mengikuti kursus lay out. Setelah itu mencoba memberikan tugas-tugas lay out kepada karyawan tersebut di samping ia masih mengerjakan pekerjaan di bagian penerimaan order. Kita harus tetap melakukan upaya monitoring terhadap hasil kerja karyawannya tersebut dan memberikan coaching berkala terhadap kinerjanya.

Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Penugasan
Pengembangan sumber daya manusia dalam perusahaan tidak saja dapat dilakukan melalui pelatihan, akan tetapi dapat pula melalui pemberian tugas-tugas tertentu. Tugas yang diberikan itu tentu tugas-tugas yang menghendaki pengembangan potensi diri para pegawai itu sendiri. Pemberian tugas merupakan kegiatan yang baik, diberikan oleh seorang atasan kepada bawahannya, sehingga dengan pelaksanaan tugas-tugas itu yang bersangkutan akan tertantang untuk menggerakan segala kemampuan yang ada pada dirinya. Ia akan berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut dengan tepat waktu, dan dengan hasil terbaik. (Gauzali Saydam,1996 : hal 91).
Pengertian Alokasi Tenaga Kerja
Masalah alokasi tenaga kerja adalah masalah yang berhubungan dengan alokasi optimal dari berbagai macam sumber daya yang produktif, terutama tenaga kerja atau personalia yang mempunyai tingkat efisiensi berbeda-beda untuk pekerjaan yang berbeda-beda. (T. Hani Handoko, 2000 : 183 ).
Disain Pekerjaan ( Job Design )
Menurut T. Hani Handoko ( 2001, 178 ) menjelaskan bahwa disain pekerjaan dapat didefinisikan sebagai fungsi penetapan kegiatan-kegiatan kerja seorang individu atau kelompok secara organisasional. Dimana tujuannya adalah untuk mengatur penugasan-penugasan kerja yang memenuhi kebutuhan-kenutuhan organisasi dan teknologi yang memuaskan kebutuhan pribadi dan individual para pemegang jabatan. Pengertian istilah pekerjaan dan bagian-bagian kegiatan lainnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Gerak-mikro (micro-motion)
Merupakan kegiatan-kegiatan kerja terkecil, mencangkup gerakan-gerakan elementer seperti meraih, menggenggam, atau meletakan suatu objek.
2. Elemen
Merupakan suatu agregasi dua atau lebih gerak-mikro, biasanya dianggap lebih kurang sebagai kesatuan gerak yang lengkap seperti mengambil, mengangkut, dan mengatur barang.
3. Tugas (task)
Merupakan suatu agregasi dua atau lebih elemen menjadi kegiatan yang lengkap, seperti menyapu lantai, memotong pohon atau memasang kabel telepon.
4. Pekerjaan (Job)
Merupakan serangkaian tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang pekerja tertentu. Suatu pekerjaan dapat terdiri dari beberapa tugas seperti pengetikan, pengarsipan,pembuatan konsep surat, dalam pekerjaan secretariat, atau hanya terdiri atas tunggal seperti pemasangan roda mobil dalam perakitan mobil.

Disamping itu, disain pekerjaan harus menetapkan berbagai faktor yang mempengaruhi struktur pekerjaan akhir. Keputusan-keputusan harus dibuat yang bersangkutan dengan tugas tugas apa yang akan dilakukan, siapa yang akan melakukan, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana tugas-tugas dilakukan.
Kegiatan disain yang paling menantang (membingungkan) bagi manajer operasi adalah pengembangan dan pengaturan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan setiap karyawan dan kelompok karyawan. Hal ini diakibatkan paling tidak tiga alasan berikut :
1. Pada hakekatnya sering terjadi konflik antara kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan pekerja dan kelompok pekerja dengan kebutuhan-kebutuhan (berbagai persyaratan) proses transformasi.
2. Sifat unik setiap individu mengakibatkan munculnya bermacam-macam tanggapan dalam wujud sikap, kegiatan phisik, dan produktivitas dalam pelaksanaan tugas tertentu.
3. Pembuatan karakter atau sifat tenaga kerja dan pekerjaan itu sendiri yang membuat model-model tradisional perilaku pekerja dan penempatan pendekatan-pendekatan pengembangan kerja standar harus selalu dipertanyakan.

Metode Hungarian
Metode Hungarian merupakan suatu masalah-masalah yang berhubungan dengan alokasi optimal dari berbagai macam sumber daya yang produktif, terutama tenaga kerja atau personalia, yang mempunyai tingkat efisiensi berbeda-beda untuk pekerjaan yang berbeda-beda pula.
Masalah ini disebut masalah penugasan (assignment problem), yang merupakan suatu kasus khusus dari masalah linier programming pada umumnya. Salah satu dari beberapa teknik teknik pemecahan yang tersedia untuk masalah-masalah penugasan. Metode ini mula-mula dikembangkan oleh seorang ahli matematika berkebangsaan Hungarian yang bernama D. Koing dalam tahun 1916. (T. Hani Handoko, 2000 : Hal 183). Jumlah Karyawan Tidak Sama Dengan Jumlah Pekerjaan Dalam praktek, sering ditemui kasus di mana jumlah karyawan tidak sama dengan jumlah pekerjaan, sehingga metode Hungarian tidak dapat diterapkan.
Untuk memenuhi persyaratan suatu matriks segi empat bujur sangkar, dalam hal jumlah pekerjaan lebih besar dari jumlah karyawan, harus ditambahkan karyawan semu (dummy woker). Sebaliknya, bila jumlah karyawan lebih besar daripada jumlah pekerjaan, harus ditambah pekerjaan semu (dummy job). Biaya penugasan untuk karyawan atau pekerjaan semu ini adalah sama dengan nol, karena tidak akan terjadi biaya biaya bila suatu pekerjaan ditugaskan kepada karyawan semu. Dengan kata lain, sebenarnya pekerjaan tersebut tidak dilakukan, atau sebaliknya karyawan menganggur. Menurut T. Hani Handoko ( 189, 2001 )



Design Penugasan Pekerjaan
Pekerja biasanya Melakukan berbagai pekerjaan selama karir mereka dalam perusahaan. Pekerjaan ini berbeda dalam keahlian yang mereka butuhkan dan, dengan demikian, dapat menyampaikan jumlah yang berbeda informasi tentang kemampuan pekerja. Pekerjaan ini Berbeda dalam keahlian yang mereka butuhkan dan, dengan demikian, jumlah yang dapat menyampaikan informasi tentang kemampuan Berbeda pekerja. Dalam makalah ini, kami mengembangkan teori belajar dan pekerjaan desain, dan menguji secara empiris teori ini menggunakan tingkat perusahaan yang unik kumpulan data.
Dalam makalah ini, saya mengembangkan teori belajar dan pekerjaan desain, dan menguji teori ini secara empiris perusahaan tingkat Menggunakan kumpulan data yang unik. Model kita berangkat dari literatur yang ada belajar dan menyortir dengan mengakui bahwa isi informasi pekerjaan mungkin berbeda dan bahwa perusahaan mengoptimalkan akan mempertimbangkan informasi yang mereka kumpulkan tentang pekerja ketika menetapkan mereka untuk berbagai pekerjaan. Model kita berangkat dari literatur yang ada dengan belajar dan menyortir isi Mengakui Bahwa Berbeda mungkin informasi pekerjaan dan Mengoptimalkan Bahwa perusahaan akan mempertimbangkan informasi yang mereka kumpulkan pekerja tentang Menetapkan Ketika mereka untuk berbagai pekerjaan.
Selain itu, kita mengakui bahwa pekerjaan ini bisa berubah dan bahwa perusahaan mungkin mengubah definisi pekerjaan untuk belajar tentang pekerja secara efisien dan bijaksana membuat keputusan tentang siapa yang harus dipromosikan. Selain itu, kita Mengakui Bahwa pekerjaan yang bisa berubah dan Bahwa definisi perusahaan mungkin mengubah pekerjaan untuk belajar tentang pekerja secara efisien dan bijaksana membuat keputusan tentang siapa yang harus dipromosikan. Sebagai hasilnya, sejauh mana on-the-job performance pekerja mengungkapkan kemampuan endogen ditentukan. Sebagai hasilnya, Sejauh mana on-the-job performance pekerja mengungkapkan kemampuan endogen ditentukan. Implikasi utama dari model tersebut adalah bahwa perusahaan tidak boleh mengalihkan pekerja ke pekerjaan di mana mereka diharapkan untuk menjadi yang paling produktif, khususnya ketika mereka kurang berpengalaman.
Implikasi utama dari model tersebut adalah perusahaan Bahwa tidak boleh mengalihkan pekerjaan ke pekerja di mana mereka diharapkan untuk menjadi yang paling produktif, khususnya Ketika mereka kurang berpengalaman. Alasannya adalah bahwa beberapa pekerjaan menyediakan informasi lebih akurat keterampilan daripada orang lain, dan informasi ini berharga dalam menciptakan masa depan penugasan kerja. Bahwa Beberapa alasannya adalah pekerjaan menyediakan informasi yang lebih akurat daripada Keterampilan pada orang lain, dan informasi ini berharga Menciptakan masa depan dalam penugasan kerja. Dengan demikian, mungkin ada nilai pilihan untuk menugaskan pekerja untuk pekerjaan di mana kinerja yang diharapkan dari mereka relatif rendah. Dengan demikian, mungkin ada pilihan nilai untuk menugaskan pekerja untuk pekerjaan di mana kinerja yang diharapkan dari mereka Relatif rendah. Kunci kedua Implikasinya adalah bahwa jalur karir adalah sejarah-tergantung. Implikasinya adalah kunci kedua jalur karir Bahwa sejarah adalah-tergantung.
Pekerja dengan kinerja yang relatif rendah dapat pekerjaan diserahkan kepada yang kurang peka terhadap bakat dan, dengan demikian, menyampaikan sedikit informasi tentang kemampuan pekerja. Pekerja dengan kinerja yang dapat diserahkan Relatif rendah ke pekerjaan yang kurang PEKA terhadap bakat dan, dengan demikian, menyampaikan sedikit informasi tentang kemampuan pekerja. Dengan demikian, produktivitas saat ini guncangan dapat memiliki efek berlangsung pada karier pekerja, dan ada kondisi di mana dapat menjadi pekerja yang baik (secara permanen) terperangkap dalam pekerjaan buruk. Dengan demikian, produktivitas saat ini dapat memiliki efek guncangan berlangsung pada karier pekerja, dan ada kondisi di mana dapat menjadi pekerja yang baik (secara permanen) Terperangkap dalam pekerjaan buruk. Tugas pekerjaan Oleh karena itu, tidak efisien (dibandingkan dengan informasi lengkap benchmark) bahkan ketika horison waktu cukup lama.
Tugas pekerjaan Oleh karena itu, tidak efisien (dibandingkan dengan patokan informasi lengkap) Bahkan Horison Ketika waktu cukup lama. Berbeda dengan asumsi yang mendasari multi-model bandit bersenjata mobilitas pekerjaan, dalam model kita, kemampuan seorang pekerja dalam satu pekerjaan tidak terlepas dari kemampuannya dalam pekerjaan lain. Berbeda dengan multi-Asumsi yang mendasari model bandit bersenjata mobilitas pekerjaan, dalam model kita, kemampuan seorang pekerja dalam satu pekerjaan tidak terlepas dari kemampuannya dalam pekerjaan lain. Dengan demikian, solusi standar teknik (lihat Gittins dan Jones, 1974) tidak berlaku.
Dengan demikian, solusi teknik standar (lihat Gittins dan Jones, 1974) tidak berlaku. Sebaliknya, kita bingkai model kita sebagai masalah pemrograman dinamis dan menyelesaikannya secara numerik. Sebaliknya, kita kita Sebagai model bingkai masalah pemrograman dinamis dan menyelesaikannya secara Numerik. Kami kemudian ciri pola penugasan kerja, lowongan pekerjaan durasi dan transisi selama karir pekerja dan berhubungan dengan pola-pola ini perusahaan sebelum keyakinan tentang produktivitas pekerja dan untuk on-the-job performance. Kemudian kami ciri pola penugasan kerja, lowongan pekerjaan dan Transisi durasi selama karir pekerja dan berhubungan dengan pola-pola ini perusahaan sebelum Keyakinan tentang produktivitas pekerja dan untuk on-the-job performance. Kami kemudian menguji prediksi empiris dari teori kita menggunakan 20 tahun data personil dari satu perusahaan. Kemudian kami menguji prediksi empiris dari teori kita tahun 20 Menggunakan data personil dari satu perusahaan. Hasil awal tentatif memberikan dukungan bagi model prediksi


Seleksi Dan Penempatan Tenaga Kerja
Dalam proses managerial ada suatu aktivitas kerja membuat suatu rekomendasi untuk menolak atau menerima calon tenga kerja berdasarkan suatu dugaan tentang potensi-potensi dari calon tenaga kerja untuk berhasil dalam bekerja. Kegiatan ini dikenal sebagai:
a. penempatan
b. seleksi
c. rekomendasi tenaga kerja
d. penilaian calon tenaga kerja
e. penyaringan tenaga kerja

Tugasnya : mengevaluasi sebanyak mungkin kandidat untuk menyaring dan memilih seseorang atau beberapa orang yang paling memenuhi syarat kerja.
Penempatan : menempatkan karyawan pada bidang pekerjaan yang dianggap sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya (pengetahuan, keterampilan dan keahlian).
Sasaran : membuat suatu rekomendasi untuk mendistribusikan kandidat pada pekerjaan berdasarkan suatu potensi-potensi yang dimiliki kandidat untuk berhasil pada pekerjaannya.
Tugas : mengevaluasi kandidat untuk dicocokkan antara kualifikasi yang dimiliki dengan persyaratan yang sudah ditetapkan.
Perbedaan Individual Adanya perbedaan individual : pengetahuan, karakter kepribadian dan fisik, motivasi dsb.
Perbedaan sering dikaitkan dengan : jenis kelamin, budaya, pendidikan dan keahlian.
Aplikasinya : wanita atau pria, kebiasaan, latar belakang pendidikan, berpengalaman atau fresh grade.
Perbedaan ini digunakan untuk menyeleksi dan menempatkan tenaga kerja pada temapat yang tepat. Strategi seleksi Campbell, Dunnette, Lawler, Weick (1970) memperkenalkan metode pngumpulan dan pengoalahan data secara mekanikal dan klinikal. Mekanikal, data dikumpulkan berdasarkan pedoman, prosedur yang sudah ditetapkan. Biasanya dilaksanakan sesuai dengan perhitungan statistik. Misalnya penentuan alat ukur/alat tes yang telah distandarisasikan. Klinikal, data dikumpulkan dengan cara yang lentur, tergantung pada orang yang mengumpulkan data. Biasanya dengan memperhatikan pola perilaku khusus yang disesuaikan tuntuttan pekerjaan. Misalnya seorang assesor bisa saja mempunyai penilaian yang berbeda dengan assesor lainnya terhadap seorang kandidiat, atau orang yang dievaluasi.
Uraian dari strategi mekanikal dan klinikal Interpretasi profil, data dikumpulkan secara mekanikal dan diolah secara klinikal. Hanya dengan menafsirkan profil dari skor-skor alat tes. Misalnya hasil tes kepribadian menunjukkan kebutuhan berprestasi yang tinggi maka ditafsirkan sebagai karyawan yang mempunyai keinginan yang kuat untuk mencapai suatu pretasi kerja. Statistikal murni, data dikumpulkan dan diolah secara mekanikal. Skor dari berbagai hasil tes digambarkan dalam suatu persamaan regresi ganda, untuk meramalkan prestasi kerja. Klinikal murni, pengumpulan dan pengolahan data dilakukan secara klinikal. Didasarkan pada permalan yang didapatkan melalui wawancara dan observasi perilaku. Pemeringkatan perilaku, pengumpulan secara klinikal dan diolah secara mekanikal. Data didapatkan melalui obeservasi dan wawancara kemudian dibuat rating nilainya berdasarkan kualifikasi yang didapatkan melalui wawancara atau observasi. Gabungan klinikal, pengumpulan data dilakukan secara mekanikal dan klinikal dan diolah secara klinikal. Merupakan strategi yang sering digunakan. Hasil wawancara, observasi dan skor-skor tes dipadukan secara klinikal untuk meramalkan perilaku. Gabungan Mekanikal, data dikumpulkan secar mekanikal dan klinikal data diolah secara mekanikal. Berusaha untuk mendapatkan persamaan regresi antara data mekanikal dan data klinikal.
Peranan tes psikologi dan wawancara dalam proses seleksi Di Indonesia proses penerimaan tenaga kerja berlangsung. Tahap pencarian calon tenaga kerja, Mengusahakan agar jumlah kandidat terkumpul cukup banyak sehingga proses seleksi dapat dilakukan dengan baik. Dengan cara iklan di media cetak/elektronik, pendekatan langsung, melalui rekomendasi, pencari kerja melamar sendiri ke perusahaan-perusahaan.
Tahap Seleksi Tenaga Kerja
1. Seleksi lamaran:
Mempertimbangkan suatu lamaran untuk bisa mengikuti tahap seleksi berikutnya atau tidak. Biasanya dengan melihat syarat tertentu, pendidikan, pengalaman, karakterfisik, atau cukup banyak juga dengan di dasarkan IPK.
2. Wawancara awal:
Berisi mengenai kesediaan kandidat ketika dihadapkan pad kondisi kerjanya, dan evaluasi persayaratan kerja yang ada pada kandidat.
3. Ujian, psikotes tertulis dan psikotes wawancara :
Kandidat menjalani tes tentang pengetahuan dan keterampilan, mengikuti tes yang menggali aspek psikologis kandidat baik secara tertulis atau secara lisan.
4. Penilaian akhir :
Melakukan evaluasi terhadap hasil serangkaian tes dan wawancara untuk menentukan apakah kandidat diterima atau ditolak. Yang juga ditindak lanjuti dengan memperhatikan hasil tes kesehatan.
5. Pemberitahuan dan wawancara akhir :
Kandidat yang diterima dipanggil untuk mengikuti wawancara akhir untuk diterangkan mengenai berbagai kebijakan perusahaan, seperti misalnya masalah gaji.
6. Penerimaan :
Kandidat menerima surat keputusan tentang diterimanya kandidat untuk menjadi bagian dari perusahaan. Model keabsahan metode seleksi Tradisional terdiri dari beberapa langkah yaitu pertama analisis pekerjaan yang meliputi data-data tentang sasaran pekerjaan, tugas-tugas yang harus dijalankan, cara-cara yang digunakan dalam bekerja, bahan-bahan dan alat yang digunakan dalam bekerja.

Setelah itu penentuan alat prediksi beserta alat ukurnya, meliputi tindak lanjut atas data-data analisis pekerjaan dengan menentukan ciri-ciri yang diperlukan agar karyawan berhasil dalam bekerja (prediktor) dan menentukan alat ukur yang akurat untuk menggali aspek kemampuan yang dimiliki karyawan (kriterion).
Menentukan kriteria keberhasilan dan alat ukurnya yang meliputi mentapkan seperangkat kriteria yang menandakan bahwa karyawan tersebut berhasil menjalani pekerjaannya yang dilihat dari segi perilaku yang diharapkan dan juga hasil kerjanya. Keabsahan peramalan yang meliputi tentang keakuratan dari prediktor yang ditentukan dengan melihat arah hubungan antara prediktor dengan kriterionnya. Keabsahan silang yang meliputi meyakinkan keakuratan prediksi dari alat ukur. Rekomendasi untuk seleksi yang meliputi penentuan skor minimum atau kombinasi skor minimum untuk dijadikan sebagai pedoman untuk menyeleksi. Analisi Pekerjaan Pengertian Analisis pekerjaan adalah suatu proses kajian sistematis tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu pekerjaan, yang melingkupi tugas-tugas, tanggung jawab dan akuntabilitas untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan ciri-ciri kepribadian yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut dengan baik. Tujuan Penggunaan
1. Manusia sebagai tenaga kerja : membuat rencana strategis SDM; seleksi dan penerimaan; pelatihan dan pengembangan; peningkatan karir; evaluasi kinerja ; sistem pemberian imbalan; kesehatan dan keselamatan kerja; hubungan industrial.
2. Pekerjaan dan organisasi : untuk uraian pekerjaan; klasifikasi pekerjaa; desain kerja dan alat rekayasa kerja dan perencanaan organisasi Metode Analisis pekerjaan
a. kuesioner ; on-line, mailing, check list, buku harian.
b. wawancara & observasi ; wawancar perorangan, kelompok atau teknik partisipasi kerja Alat ukur psikologis sebagai predictor.

Jika suatu analisa pekerjaan sudag menentukan kualifikasi suatu pekerjaan maka yang perlu dilakukan adalah menentukan alat tes yang dapat mengukur kualifikasi yang ada yang dalam hal dijadikan sebagai prediktor. Peramalan ini bisa didasarkan pada skor hasil ujian dan tes, hasil wawancara dan hasil observasi. Biasanya prediktor tersebut berisi tentang kecakapan intelektual, keterampilan merencanakan pekerjaan dan keterampilan untuk mengkomunikasikan ide dan pengalaman. Alat psikotes dapat digolongkan dalam :
1. tes kecakapan : intelektual (IQ), pemahaman ruang dan mekanik, ketepatan persepsi (TKD, IST, CFIT, SPM, FRT)
2. tes kepribadian objektif : mengungkap kepribadian melalui stimulus yang terstrukutur, yang terdapat dalam tes ciri kepribadian dan kejujuran minat (EPPS, Papikostik, DISC, RMIB, KUDER)
3. tes kepribadian proyektif : mengungkap kepribadian melalui stimulus yang ambigu misalnya Wartegg tes, DAP, BAUM atau HTP.
4. tes situasional : mengungkap perilaku yang khas jika dihubungkan dengan variabel lingkungan. Misal FGD, LGD, In-Basket test, Business Game.
5. tes sikap kerja : mengungkap sikap kerja dalam kondisi kerja buatan (tes Kraepelin dan tes Pauli) Hasil tes sebagai kriterion keberhasilan.

Akurasi peramalan yaitu adanya korelasi antara skor-skor prediktor dan skor-skor dari kriteria keberhasilan. Semakin tinggi IQ diprediksikan akan mencapai keberhasilan yang memuaskan. Semakin rendah IQ diprediksikan akan semakin mengalami hambatan untuk mencapai keberhasilan. Sehingga yang tinggi diterima karena sesuai kriteria dan yang rendah tidak diterima karena tidak dengan sesuai kriteria. Kriteria keberhasilan :
Dimensi waktu
1. kriteria langsung yaitu diperoleh bersamaan dengan diperolehnya skor prediktor
2. kriteria antara yaitu diperoleh tidak lama setelah skor prediktor diperoleh
3. kriteria pokok yaitu diperoleh lama setelah skor prediktor diperoleh
Dimensi derajat abstraksi
1. kriteria pokok yaitu paling abstrak dan susah diukur.
2. kriteria konseptual yaitu merupakan kriteria yang paling kongkrit
3. skor kriteria merupakan ukuran-ukuran atau skor-skor yang berhubungsn dengan perilaku yang menjadi kriteria.
Assessment Centre AC merupakan prosedur yang komprehensif dan baku dimana banyak teknik-teknik pemeriksaan yang digunakan yang dikombinasikan untuk menilai orang dalam berbagai tujuan.
Tujuannya:
1. memilih karyawan untuk dipromosikan kedalam jajaran manajerial
2. mengindentifikasi karyawan yang memiliki potensi manajerial sejak awal karirnya
3. menempatkan karyawan pada posisi yang sesuai dengan bakatnya.
4. membantu karyawan untuk mengidentifikasi kemampuannya dan kemudian mengembangkannya.
Prosesnya:
1. mengidentifikasi kompetensi pekerjaan manajerial
2. mengembangkan assessment tools
3. menetapkan assesses atau calon manajer
4. menetapkan assessor
5. melaksanakan assessment
6. membuat laporan
7. memberi umpan balik Beberapa metode assessment centre inbasket exercices LGD dan Role Play Bussiness Game.

Model Penugasan
Suatu metodekuantitatif untuk mengalokasikan sumberdaya kepada tugas atau pekerjaan atas dasar satu-satu(one-to-onebasis). Setiap sumber daya (assignee) ditugasi secara khusus kepada suatu tugas atau kegiatan, misalnya orang ke tugas, tenaga penjualan ke lokasi, tim keproyek, atau mesin kepekerjaan.
Tujuan
• Mengalokasikan pembagian tugas- karyawan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh biaya total minimum
• Metode penugasan sering disebut sebagai jenis khusus dari metode LP, bertujuan untuk mengoptimalkan hasil yang akan dicapai, umumnya untuk meminimalkan biaya total atau waktu yang diperlukan untuk mengerjakan beberapa tugas

Suatu perusahaan memiliki tugas yang harus diselesaikan oleh karyawan pada waktu yang relative bersamaan. Beberapa karyawan memiliki keahlian yang lebih baik dari karyawan lain untuk tugas-tugas tertentu. baik dari karyawan lain untuk tugas-tugas tertentu. Karena setiap karyawan hanya akan mendapat satu jenis tugas, maka tidak semua tugas dapat dikerjakan oleh karyawan terbaik.

Langkah-langkah Penyelesaian Metode Penugasan
1. Buat table biaya kesempatan(0pportunityCost), dengan cara sebagai berikut:
a.Pada setiap baris, pilih sel dengan nilai terkecil, kemudian kurangi sel lain pada baris yang sama dengan nilai terkecil.
b.Pada setiap kolom, pilih sel dengan nilai terkecil, kemudian kurangi sel lain pada kolom yang sama dengan nilai terkecil itu kemudian kurangi sel lain pada kolom sama dengan nilai terkecil itu.
2. Tentukan apakah pemecahan sudah optimal, yaitu dengan menarik garis seminimum mungkin, baik secara vertical maupun horizontal yang meliputi semua sel yang bernilai nol. Jika jumlah garis sama dengan jumlah baris/kolom berarti pemecahan sudah optimal, teruskan kebutir5. Jika belum optimal teruskan kebutir3.
3. Revisitabel, yaitu dengan cara mengurangi sel-sel yang tidak terliput oleh garis dengan nilai sel terkecil, kemudian tambahkan nilai sel terkecil itu pada sel dimana terjadi perpotongan antar garis.
4. Kembali ke langkah 2(tarikgaris)
5. Lakukan penugasan dengan melakukan kombinasi orang-pekerjaan pada sel-sel yang bernilai nol. Penetapan dilakukan dengan cara:
•memilih sel pada baris atau kolom yang memiliki nilai nol.
•dimulai dari baris atau kolom yang hanya memiliki satu sel bernilai nol–penugasan1.
•Lakukan pada baris atau kolom lainnya hingga semua penugasan terlaksana.
6. Hitung biaya yang ditimbulkan akibat penugasan tersebut
CONTOH:
Misalkan ada 4 pekerjaan yang akan ditugaskan untuk 4 karyawan. Biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing karyawan dalam pelaksanaan masing-masing tugas adalah sbb:

LANGKAH 1: Kurangi nilai setiap sel dengan nilai sel terkecil pada masing-masing baris


LANGKAH 2: Kurangi nilai setiap sel dengan nilai sel terkecil pada masing-masing kolom


Langkah3: Tarik garis baik pada arah baris maupun kolom, meliputi semua sel yang bernilai nol, apabila jumlah garis sama dengan jumlah baris(kolom) penyelesaian sudah optimal


• Cek optimalitas, apakah jumlah garis sama banyaknya dengan jumlah baris atau kolom??
• Pada table diatas, jumlah garis hanya 3 sedangkan jumlah kolom atau baris adalah 4. Oleh karena itu, solusi belum optimal dan perlu dilakukan revisi tabel.
Langkah 4: Revisi- Kurangi sel-sel yang tidak dilalui garis dengan nilai sel terkecil, dan tambahkan sel pada perpotongan garis dengan nilai sel terkecil tersebut.

Langkah 5: Penugasan–Menentukan sel pada baris atau kolom yang bernilai nol, dimulai dari baris atau kolom yang hanya memiliki satu sel yang bernilai nol.





Langkah 6: Biaya Penugasan–Cek pada table awal.


Masalah Maksimalisasi:

Langkah 1: Mengubah matriks keuntungan di atas menjadi matriks Opportunity loss(Nilai sel merupakan hasil pengurangan dari nilai terbesar pada setiap baris)





Langkah 2: Meminimumkan Opportunity loss dengan mengurangi nilai sel-sel dalam suatu kolom dengan nilai sel terkecil pada kolom yang bersangkutan

Langkah 3: Uji optimalisasi, dengan menarik garis minimum vertical dan horizontal yang mencakup sel-sel yang bernilai nol.





Karena jumlah garis lebih kecil dari pada jumlah baris(kolom), table perlu direvisi seperti table berikut

Penugasan:

Tabel diatas merupakan tabel optimal, karena setelah diuji diperoleh jumlah garis sama dengan jumlah baris(kolom).
Kesimpulan:


Model Penugasan atau Assignment Model adalah dimana terdapat sejumlah m sumber ditugaskan kepada sejumlah n tujuan, sehingga diperoleh biaya total yang minimum. Dengan asumsi bahwa satu sumber untuk satu tujuan. Yang dimaksud dengan sumber adalah pekerjaan atau tugas, sedangkan tujuan adalah mesin-mesin atau pekerja. Pekerjaan i dengan i = 1, 2, …, m ditugaskan kepada mesin j dengan j = 1, 2, ..., n maka akan timbul biaya penugasan cij. Supply yang dapat digunakan pada setiap sumber adalah 1 atau ai = 1 untuk seluruh i. Demand dari setiap tujuan adalah 1 atau bj = 1 untuk seluruh j. Tujuan optimasi adalah meminimumkan biaya penugasan atau memaksimumkan keuntungan dari penugasan.Jika terdapat suatu pekerjaan yang tidak dapat ditugaskan pada mesin tertentu, maka cij yang berkorespondensi dengannya dinyatakan sebagai M yang merupakan biaya yang sangat tinggi. Gambaran umum dari persoalan penugasan adalah

Mesin
1 2 … n
1 c11 c12 … c1n 1
Pekerjaan 2 c21 c22 … c2n 1
… … … … …
m cm1 cm2 … cmn 1
1 1 … 1

Untuk menyelesaikan model ini, persoalannya harus terlebih dahulu diseimbangkan dengan menambahkan pekerjaan-pekerjaan atau mesin-mesin semu, bergantung dari nilai m dan n. Diasumsikan n = m. Secara matematis, model penugasan dinyatakan sebagai berikut:
xij = 0 , jika pekerjaan ke-i tidak ditugaskan pada mesin ke-j
xij = 1 , jika pekerjaan ke-i ditugaskan pada mesin ke-j
Minimumkan/Maksimumkan Z =
s.t. : , i = 1, 2, …, n
, j = 1, 2, …, n
xij = 0 atau 1
Solusi optimum akan tetap sama bila suatu konstanta ditambahkan atau dikurangkan kepada baris atau kolom yang mana pun dari matriks biaya merupakan suatu ciri khas dari kasus penugasan. Jika pi dan qj merupakan konstanta pengurang terhadap baris i dan kolom j, maka biaya yang baru adalah cij’ = cij – pi – qj sehingga fungsi tujuan menjadi
Z’ =   cij’ xij
=   (cij – pi – qj) xij
=   cij xij -  pi  xij -  qj  xij
Z’ = Z – konstanta
Jika dilakukan pengurangan pi dan qj terhadap matris biaya maka akan diperoleh zero entries, yaitu elemen-elemen biaya dalam matriks yang bernilai nol yang juga merupakan variabel-variabel yang menghasilkan solusi optimum bagi Z’. Penentuan solusi optimal dapat dilakukan menggunakan metode Hungarian.
Dalam hal ini ada 2 kasus yang terjadi yaitu Minimasi dan Maksimasi.



+ Kasus Minimasi
Kasus minimasi yaitu kasus dengan tujuan pengoptimalannya meminimumkan biaya penugasan. Penentuan solusi optimal dapat dilakukan menggunakan metode Hungarian. Langkah langkah penyelesaian adalah sebagai berikut:
1. Langkah pertama adalah menentukan nilai terkecil dari setiap baris, lalu mengurangkan semua nilai dalam baris tersebut dengan nilai terkecilnya.
2. Diperiksa apakah setiap kolom telah mempunyai nilai nol. Bila sudah di lanjutkan ke langkah tiga jika belum dilakukan penentuan nilai terkecil dari setiap kolom tersebut dikurangkan dengan nilai terkecilnya.
3. Ditentukan apakah terdapat nilai n elemen nol dimana tidak ada nol yang berada pada baris atau kolom yang sama, dimana n adalah jumlah baris atau kolom. Jika ada, maka tabel telah optimal, jika tidak dilanjutkan kelangkah keempat.
4. Dilakukan penutupan semua nilai nol dengan menggunakan garis vertical atau garis horizontal seminimal mungkin.
5. Karena jumlah garis minimum tidak sama dengan jumlah baris maupun kolom maka dilakukan revisi dengan langkah – langkah sebagai berikut :
• Pilih angka terkecil dari yang tidak kena garis
• Angka yang tidak kena garis dikurangi angka terkecil itu
• Angka yang kena garis baris dan kena garis kolom ditambah angka terkecil itu.
• Angka yang cuma kena garis baris atau garis kolom dibiarkan saja
6. Membuat penugasan optimum

+ Kasus Maksimasi
Kasus maksimasi yaitu kasus dengan tujuan pengoptimalannya memaksimumkan keuntungan dari penugasan. Langkah langkah penyelesaian adalah sebagai berikut:
1. Bentuk tabel penugasan. Letakkan pekerjaan sebagai baris dan mesin (pekerja) sebagai kolom. Periksa apakah jumlah baris = jumlah kolom, untuk memenuhi asumsi. Jika jumlah baris ≠ jumlah kolom (pekerja ≠ pekerjaan), maka diperlukan dummy (pekerjaan atau mesin semu). Jika jumlah pekerjaan > jumlah pekerja, maka diperlukan pekerja semu. Jika jumlah pekerjaan < jumlah pekerja, maka diperlukan pekerjaan semu. Jumlah dummy yang dibutuhkan bergantung dari selisih jumlah pekerjaan dengan jumlah pekerja, karena masing-masing pekerja dan pekerjaan bernilai 1.
2. Untuk setiap baris, kurangkan semua nilai dengan nilai terbesar yang ada pada baris tersebut.
3. Periksa kolom, jika ada kolom yang belum memiliki nilai 0, kurangkan semua nilai pada kolom tersebut dengan nilai terbesar yang ada pada kolom yang bersangkutan.
4. Periksa apakah solusi layak optimal sudah diperoleh. Pemeriksaan dilakukan dengan menggambarkan garis-garis vertikal dan atau horizontal seminimal mungkin yang melewati nilai 0. Jika jumlah garis yang terbentuk sama dengan jumlah baris/kolom, maka solusi layak optimal sudah diperoleh.
5. Jika solusi layak optimal belum diperoleh, kurangkan semua nilai yang tidak dilewati garis dengan nilai terbesar (negatif terkecil), dan tambahkan nilai terbesar tersebut pada nilai yang terletak pada perpotongan garis. Nilai lainnya (yang dilewati garis tapi tidak terletak pada perpotongan) tidak berubah.
6. Kembali ke langkah 4.

Pertimbangkan situasi dimana m pekerjaan (atau pekerja) ke n mesin. Pekerjaan i (i = 1, 2, 3,…m) ketika ditugaskan ke mesin j (j = 1, 2, 3, …n) memerlukan biaya Cij. Tujuannya adalah menugaskan pekerjaan-pekerjaan tersebut ke mesin-mesin (satu pekerja satu mesin) dengan biaya total terendah. Situasi ini dikenal sebagai masalah penugasan.
Dengan kata lain, masalah penugasan menyangkut penempatan para pekerja pada bidang yang tersedia atau mesin agar biaya yang ditanggung dapat diminimumkan. Disini pekerjaan mewakili “sumber” dan mesin (bidang yang tersedia) mewakili “tujuan”. Penawaran yang tersedia disumber adalah 1 dan permintaan yang diperlukan oleh tujuan adalah 1. Biaya pekerjaan i ke mesin i adalah Cij. Struktur khusus dari model penugasan memungkinkan pengembangan sebuah teknik pemecahan yang efisien yang disebut metode hungaria. Metode ini akan diilustrasikan berdasarkan contoh sebagai berikut:
Table 1.1 (Table Matriks Biaya Cij atau Biaya Pekerjaan i ke Mesin j)

Langkah pertama mencari solusi pola penugasan adalah menyusun total Opportunity cost table, caranya kurangi elemen pada setiap baris dengan elemen terkecil pada baris yang bersangkutan. Pengurangan baris menghasilkan:

Berikutnya dilakukan pengurangan kolom dan dihasilkan (ingat biaya tidak boleh bernilai negative):

Penugasan dapat ditempatkan pada sel yang bernilai nol. Solusi optimum dicapai jika setiap pekerjaan dapat ditugaskan pada setiap mesin dan setiap mesin dikerjakan oleh satu pekerja. Untuk mengetahui apakah opportunity cost table sudah optimum dapat diperiksa melalui cara berikut: tutup semua angka nol dengan menarik garis datar atau tegak dengan jumlah garis paling efisien. Jika jumlah garis itu lebih kecil dari jumlah baris atau kolom, berarti penugasan optimum belum dapat ditemukan. Langkah selanjutnya kurangkan semua angka yang tidak tertutup garis dengan angka terkecil yang tidak tertutup. Tambahkan angka terkecil tersebut pada angka yang menempati posisi silang, sehingga menghasilkan:

Jumlah garis minimum yang diperlukan adalah 3, sehingga penugasan optimum sudah dapat dibuat, dengan demikian maka:
Pekerja 1 akan bekerja pada mesin 1, pekerja 2 akan bekerja pada mesin 2, dan pekerja 3 akan bekerja pada mesin 3, dengan biaya total: 25 + 20 + 17 = 62








DAFTAR PUSTAKA
1. Anwar Prabu Mangkunegara. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : Remaja Rasdakanya
2. Chang, Yih-long & Robert S.Sullivan. Software QSB. Versi 3.0 Gauzali Saydam. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Human Resources Management Jilid 1. Jakarta : Gunung Agung
3. Pangestu Subagyo,dkk, 2000. Dasar-Dasar Operation Research.Edisi ke-2. Yogyakarta:BPFE.
4. Sri Mulyono, 2004. Riset Operasi.Edisi Revisi.Jakarta:FEUI. T. Hani Handoko. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi Dan Operasi. Edisi 1.Yogyakarta :BPFE.
5. T. Hani Handoko. 2001. Manajemen Personalia Dan Sumberdaya Manusia.Edisi 2.Yogyakarta:BPFE.

Line Balancing

I. Pendahuluan
Dalam dunia industri dewasa ini, perubahan jumlah persediaan dan kebutuhan berlangsung sangat cepat. Tetapi diharapkan dengan kecepatan perubahan persediaan dan kebutuhan tersebut, industri dengan cepat pula mampu merubah sistem yang ada didalamnya untuk selalu menyesuaikan dengan tuntutan jumlah persediaan dan kebutuhan tersebut. Dalam proses produksi dengan menggunakan system assembly line, diperlukan proses line balancing untuk menempatkan masing-masing aktifitas produksi ke dalam workstation.
Pemempatan aktifitas-aktifitas dalam workstation tersebut bertujuan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi. Untuk melakukan proses line balancing, waktu standard masing-masing aktifitas mutlak diperlukan. Untuk hal tersebut dilakukan dengan analisa time study pada masing-masing aktifitas.Pemempatan aktifitas-aktifitas produksi dalam suatu workstation harus dilakukan dengan tepat. Ketepatan pemempatan aktifitas-aktifitas produsi dalam wuatu workstation menentukan tingginya efisiensi line balancing. Untuk itu digunakan metode binary integer programming, yang telah dikenal sebagai salah satu alat optimalisasi, untuk menentukan aktifitas-aktifitas produksi dengan tepat pada suatu workstation sehingga dihasilkan efisiensi tertinggi.





II. Line Balancing
Line Balancing adalah teknik untuk mengoptimalkan efisiensi lini perakitan (assembly line) pada sistem manufaktur. Teknik ini merupakan komponen penting dari lean production. Dengan line balancing lini produksi seperti air mengalir.
Dalam line –balancing dikenal beberapa istilah penting yakni: demand, available production time, cycle time, proses (operation), operation time, total operation time, predecessor chart, minimum number of workstation & efisiensi. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

• Demand adalah target hasil yang ditetapkan dalam satu periode waktu (biasanya satu hari)
• Available production time adalah waktu produksi yang tersedia dalam satu periode (satu hari)
• Cycle time merupakan waktu yang merupakan waktu yang tersedia untuk memproduksi 1 unit, yakni hasil bagi dari total available time/demand
• Process (operation) adalah operasi unik pada proses perakitan dengan mesin, operator dan metoda tersendiri
• Operation time adalah waktu yang dibutuhkan oleh satu operasi unik
• Total Operation time merupakan penjumlahan semua operatio time
• Prececessor chart merupakan diagram yang menggambarkan urutan dan keterkaitan antar operasi
• Minimum number of workstation adalah station kerja minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi cycle time, yang terdiri dari satu atau lebih operasi.
• Efisiensi adalah tingkat optimasi line balancing yang dicapai dalam bentuk perhitungan efisiensi line (%) yang merupakan hasil bagi dari total opetation time dengan perkalian cycle time dengan jumlah workstation

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Tentukan target demand
2. Hitung waktu produksi tersedia dalam satu hari
3. Hitung cycle time
4. Buat daftar operasi beserta waktu operasinya (operation time)
5. Hitung total operation time
6. Hitung mimimum number of workstation dengan yang merupakan hasil bagi dari total time dengan cycle time.
7. Buat predecessor chart
8. Tentukan jumlah workstation sebenarnya dengan menggabungkan proses-proses yang total waktunya tidak melebihi cycle time.
9. Hitung efisiensi

Line balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau lini produksi sehingga setiap stasiun kerja memiliki waktu yang tidak melebihi waktu siklus dari stasiun kerja tersebut. Menurut Gasperz (2000), line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya work station dan meminimumkan total harga idle time pada semua stasiun untuk tingkat output tertentu, yang dalam penyeimbangan tugas ini, kebutuhan waktu per unit produk yang di spesifikasikan untuk setiap tugas dan hubungan sekuensial harus dipertimbangkan
Selain itu dapat pula dikatakan bahwa line balancing sebagai suatu teknik untuk menentukan product mix yang dapat dijalankan oleh suatu assembly line untuk memberikan fairly consistent flow of work melalui assembly line itu pada tingkat yang direncanakan. Assembly line itu sendiri adalah suatu pendekatan yang menempatkan fabricated parts secara bersama pada serangkaian workstations yang digunakan dalam lingkungan repetitive manufacturing atau dengan pengertian yang lain adalah sekelompok orang dan mesin yang melakukan tugas-tugas sekuensial dalam merakit suatu produk. Sedangkan idle time adalah waktu dimana operator/sumber-sumber daya seperti mesin, tidak menghasilkan produk karena: setup, perawatan (maintenance), kekurangan material, kekurangan perawatan, atau tidak dijadwalkan.
Tujuan line balancing adalah untuk memperoleh suatu arus produksi yang lancar dalam rangka memperoleh utilisasi yang tinggi atas fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan melalui penyeimbangan waktu kerja antar work station, dimana setiap elemen tugas dalam suatu kegiatan produk dikelompokkan sedemikian rupa dalam beberapa stasiun kerja yang telah ditentukan sehingga diperoleh keseimbangan waktu kerja yang baik. Permulaan munculnya persoalan line balancing berasal dari ketidak seimbangan lintasan produksi yang berupa adanya work in process pada beberapa workstation.
Persyaratan umum yang harus digunakan dalam suatu keseimbangan lintasan produksi adalah dengan meminimumkan waktu menganggur (idle time) dan meminimumkan pula keseimbangan waktu senggang (balance delay). Sedangkan tujuan dari lintasan produksi yang seimbang adalah sebagai berikut:
1. Menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada setiap workstation sehingga setiap workstation selesai pada waktu yang seimbang dan mencegah terjadinya bottle neck. Bottle neck adalah suatu operasi yang membatasi output dan frekuensi produksi.
2. Menjaga agar pelintasan perakitan tetap lancar.
3. Meningkatkan efisiensi atau produktifitas.

Metode Line Balancing
Dalam penyelesaian soal dengan menggunakan line balancing, dikenal 3 metode, yaitu :
1. Metode Heuristic, yaitu suatu metode yang berdasarkan pengalaman, intuisi atau aturan-aturan empiris untuk memperoleh solusi yang lebih baik daripada solusi yang telah dicapai sebelumnya, yang terdiri atas:
a. Ranked Positional Weight/Hegelson and Birine
b. Kilbridge`s and Waste/Region Approach
c. Large Candidate Rule
d. Al Arcu`s
2. Metode Analitic atau matematis, yaitu metode penggambaran dunia nyata melalui symbol simbol matematis berupa persamaan dan pertidaksamaan. Yang termasuk metode ini adalah Branch and Bound.
3. Metode Simulasi, yaitu metode yang meniru tingkah laku sistem dengan mempelajari interaksi komponen-komponennya. Karena tidak memerlukan fungsi-fungsi matematis secara eksplisit untuk merelasikan variabel-variabel sistem, maka model-model simulasi ini dapat digunakan untuk memecahkan sistem kompleks yang tidak dapat diselesaikan secara matematis.
a. CALB (Computer Assembly Line Balancing or Computer Aided Line Balancing)
b. ALBACA (Assembly Line Balancing and Control Activity)
c. COMSOAL (Computer Method or Saumming Operation for Assemble)

Pada saat ini masih banyak terdapat praktek line balancing berdasarkan pendekatan tradisional yang hanya mengejar keseimbangan beban dari setiap stasiun kerja TANPA memperhatikan apakah hal itu akan menciptakan WIP (work in process) inventory atau tidak. Patut diketahui bahwa meskipun line balancing mencapai target optimal 100% (seluruh stasiun kerja memiliki beban kerja yang sama—meskipun hal ini dalam praktek mungkin sangat sulit—bukan mustahil), tetapi apabila average cycle time dari setiap stasiun kerja itu lebih besar (baca lebih lambat) dari takt time, maka hal ini akan menciptakan waktu tunggu yang lama bagi pelanggan, sebaliknya apabila average cycle time dari setiap stasiun kerja lebih kecil (lebih cepat) dari takt time, maka akan menciptakan inventory sepanjang waktu.
Industri manufaktur yang mengadopsi prinsip-prinsip Lean selalu menggunakan takt time sebagai nilai referensi (reference value) dalam menentukan kebijakan line balancing, agar meminimumkan inventory yang ada. Kondisi ideal adalah menetapkan agar average cycle time dari setiap stasiun kerja sama dengan takt time (meskipun hal ini sangat sulit, sehingga ada batas maksimum toleransi penyimpangan yang terus-menerus dikurangi melalui peningkatan proses terus-menerus, berdasarkan situasi dan kondisi yang ada di tempat praktek). Untuk menjelaskan praktek line balancing dalam lean manufacturing, maka dikemukakan data berikut.
Bayangkan bahwa ada permintaan dari pelanggan sebanyak: 1500 unit per shift. Kemudian data dari lantai pabrik (shop floor) adalah sebagai berikut:
Terdapat waktu kerja: 8 jam (480 menit) per shift, dan kondisi downtime rata-rata sekitar 10%, serta kinerja dari pabrik ini masih pada tingkat 75%, sehingga waktu kerja efektif per shift adalah: {480 menit – 10%(480 menit)} x 75% = 432 menit x 75% = 324 menit per shift.
Karena permintaan pelanggan adalah 1500 unit per shift dan waktu kerja efektif adalah 324 menit per shift, maka kita mengetahui bahwa Takt Time = 324/1500 = 0,216 menit/unit, atau: 4,63 unit/menit (1 menit dibagi 0,216 menit/unit).
Nilai Takt Time = 0,216 menit/unit atau 4,63 unit/menit ini seharusnya menjadi nilai referensi dalam kebijakan line balancing, agar terdapat keseimbangan berproduksi pada tingkat Takt Time ini.
Selanjutnya bayangkan beberapa informasi dari lantai pabrik, sebagai berikut (WS = Work Station, T/T = Takt Time, C/T = Cycle Time):
WS T/T C/T Jlh Mesin Avg C/T % Load
1 0,216 0,357 2 0,179 85%
2 0,216 0,441 3 0,147 70%
3 0,216 0,210 1 0,210 (maks) 100%
4 0,216 0,344 2 0,172 82%
5 0,216 0,166 1 0,166 79%
6 0,216 0,126 1 0,126 60%
7 0,216 0,336 2 0,168 80%
Catatan:
% load WS-1 = (0,179/0,210) x 100% = 85%
% load WS-2 = (0,147/0,210) x 100% = 70%
% load WS-3 = (0,210/0,210) x 100% = 100%
Dan seterusnya.
Dari informasi di atas kita mengetahui bahwa WS-3 HARUS MENJADI FOKUS PERHATIAN UNTUK PENINGKATAN (improvement). Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membawa keseimbangan proses untuk mencapai tingkat ideal yang diharapkan (tidak perlu dipersoalkan apakah 90%, 95%, atau 100%), karena itulah hakekat dari peningkatan terus-menerus untuk mencapai kondisi yang paling baik yang dapat dicapai dari berbagai keterbatasan situasi dan kondisi lapangan yang ada. Selanjutnya, setiap pekerjaan line balancing HARUS tetap memperhatikan nilai Takt Time (T/T) sebagai nilai referensi. Nilai T/T ini dapat berubah terus-menerus, sehingga pekerjaan line balancing juga harus terus-menerus dilakukan pada interval waktu tertentu.













III. Assembly Line Balancing
Assembly line atau lini perakitan merupakan bagian dari lini produksi yang berupa perakitan material dimana materialnya bergerak kontinyu dengan rata– rata laju kedatangan material berdistribusi seragam melewati stasiun kerja dan bertujuan merakit material menjadi sub assembly untuk kemudian menjadi sebuah produk jadi. Contohnya antara lain lini perakitan mobil, lini perakitan mesin cuci, lini perakitan komputer, lini perakitan produk mainan dan lain–lain.
Dalam lini perakitan terdapat dua masalah yang pokok yaitu penyeimbangan
stasiun kerja dan penyeimbangan lini perakitan agar dapat beroperasi secara kontinyu. Secara teknis, usaha untuk memecahkan dua masalah pokok di atas adalah dengan mendistribusikan elemen kerja ke setiap stasiun kerja dengan acuan waktu siklus/Cycle Time (CT). Apabila hal ini tercapai secara sempurna, maka lini perakitan akan menjadi seimbang untuk setiap beban stasiun kerjanya (yaitu selama CT) dan beroperasi secara kontinyu dengan laju sebesar CT.
Pada lini perakitan, salah satu tool yang digunakan untuk menangani material (material handling) adalah konveyor. Jenis masalah perakitan pun dapat dibedakan menjadi dua model dasar yaitu Single Model Line Balancing dan Mixed Models Line Balancing. Dengan metode penyeimbangan yang berbeda pula yaitu secara analitik (matematis) dan heuristik.
Di dalam dynamic programming juga dikenal istilah assembly line, contoh penerapan assembly line yaitu untuk menyelesaikan manufacture problem. Misalnya saja terdapat perusahaan yang melakukan proses produksi dengan 2 saluran produksi. Saluran produksi pertama dan saluran produksi kedua yang selanjutnya akan disebut dengan Station 1 dan Station 2. Prinsip kerja assembly line, yaitu menentukan waktu optimal/minimum dari 2 station yang ada. Waktu optimal/minimum tersebut sangat dibutuhkan untuk mempercepat proses produksi suatu perusahaan. Berikut ini merupakan assembly line scheduling.



Penjelasan :
Chassis enters menunjukkan bahan yang akan diproduksi selanjutnya bahan tersebut akan dilewatkan 2 entrance (pintu masuk) yang disimbolkan dengan e1 dan e2 selanjutnya bahan tersebut akan diproses pada tiap-tiap pos yang disimbolkan dengan a1 atau a2. a1 menunjukkan bahwa pos berada pada jalur 1/station 1 sedangkan a2 menunjukkan bahwa pos berada pada jalur 2/station 2. Setelah bahan melalui pos-pos dengan waktu yang optimal (mungkin melewati waktu perpindahan yang disimbolkan olet t1 atau t2, dimana t1 menunjukkan waktu perpindahan dari station 1 ke station 2 dan t2 menunjukkan waktu perpidahan dari station 2 ke station 1). Penjelasan : misalnya untuk menuju ke a1,2 pada f1 akan dibandingkan nilai yang didapat dari e1+a1,1+a1,2 apakah lebih kecil dari nilai e2+a2,1 + t2,1+ a1,2 ataukah sebaliknya. Kemudian setelah didapat nilai f1 kita akan membandingkan nilai f2, misalnya untuk menuju a2,2 akan dibandingkan nilai yang didapat dari e2+a2,1+ a2,2, apakah lebih kecil dari nilai e1+a1,1+t1,1+a2,2 begitu seterusnya. Selanjutnya bahan tersebut akan di-exit-kan melalui jalur exit yang disimbolkan dengan x1 atau x2 dan selanjutnya akan dioutputkan dalam completed auto exits.

Assembly Line dari Ford
Sistem Ford adalah suatu sistem produksi masal yang didasarkan pada aliran kerja, yang kadang-kadang disebut sistem otomasi. Ini adalah sistern produksi masal sejati di mana bahan mentah diolah dengan mesin dan dibawa di sepanjang ban berjalan untuk diubah menjadi suku cadang rakitan. Dengan lini rakit yang bergerak dengan kecepatan tetap, komponen dari berbagai jenis kemudian dipasok ke setiap proses perakitan akhir, sehingga akhirnya menjadi mobil rakitan lengkap yang keluar satu persatu dari lini.
Metode produksi ini mencerminkan falsafah manajemen bisnis yaitu (bagaimana melakukan manajemen bisnis yang optimal), individualitas orang yang memimpin pabrik (skill pemimpin pabrik yang dapat melakuka fungsi manajemennya dengan baik) dan membentuk budaya hidup karyawan industry (budaya dalam mengoperasikan teknologi baru). Sistem assembly line ini sekarang sudah diadopsi di berbagai sistem produksi pada umumnya.
Pada umumnya semua perusahaan menggunakan konsep assembly line dalam melakukan perakitan barang. Jika perusahaan tersebut tak melakukan proses assembly line,maka disebut sebagai perusahaan produksi YAITU perusahaan yang menghasilkan bahan baku yang belum mengalamai proses perakitan.
Assembly-Line biasa dipakai di pabrik perakitan. Proses dimulai dari perakitan komponenkomponen yang menjadi modul kemudian dirakit menjadi produk. Contohnya di dell komptr. Komponen di perusahaan ini contohnya baut, transistor, dll. Komponen ini akan dirakit menjadi berbagai macam mdul, seperti VGA, hard disk, dll. Modul ini akan dirakit menjadi satu yaitu CPU atau laptop. Dalam proses perakitan bisaanya terdapat sebuah proses lain yang dipakai yaitu proses pengecekan atau pengetesan (testing) sebelum produk itu diluncurkan ke pasar untuk dijual ke konsumen.
Pada saat ini, assembly line dipakai di perusahaan-perusahaan untuk lebih mendekat ke konsumen. Apabila konsumen ingin membuat produk yang sesuai dengan yang diinginkannya, maka produsen akan memakai assembly line untuk membuat produk tersebut..Proses assembly line harus diaplikasikan di perusahaan manufakturing. Apabila tidak ada proses ini, maka akan timbul beberapa hal seperti penumpukan barang , waktu produksi yang lama, dimana proses ini dapat merugikan perusahaan.

Assembly Line untuk mencapai Low-Cost Production
• Manager mencoba mengkombinasikan sumber-sumber sebagai cara untuk melakukan efisiensi dan pengurangan biaya.
– Stasiun kerja (work stations) adalah area kerja yang terdiri dari satu atau lebih pekerja yang bertugas menyelesaikan tugas khusus.
– Lini perakitan (assembly line)
• Urutan stasiun kerja dimana setiap stasiun kerja dirancang untuk mengerjakan tahap khusus dari proses produksi
• Efisiensi akan meningkat ketika pekerja secara khusus diberi tanggung jawab pada suatu pekerjaan, sehingga pekerja dapat menggunakan keahliannya dengan tepat

Proses assembly line tiap perusahaan biasanya menggunakan pendekatan Assembly line balancing. Assembly line balancing adalah merupakan suatu metode penataan aliran produksi agar terjadi keseimbangan pada semua line produksi, sehingga memberikan efisiensi tinggi pada setiap line produksi. Assembly line balancing dimaksudkan untuk mencapai target produksi optimal, yang mana setiap pekerja tidak mempunyai waktu menganggur dan line produksi berada pada kondisi beban penuh dengan prosentase rata-rata lintas keseluruhan yang sangat seimbang. Line of balancing berarti adanya keimbangan out put dari setiap tahapan operasi, dari suatu line produksi. Pemecahan persoalan line of balancing ini juga dilakukan dengan menentukan sejumlah stasiun kerja berdasarkan jumlah aktivitas dan waktu siklus yang dikehendaki secara umum proses perakitan barang sbb:

1) komponen disusun menjadi modul melalui assembly line (tahap I)
2) kemudian kita merencanakan berapa banyak jumlah pesanan yang akan diproduksi
3) tekon tombol aktivasi untuk mulai melakukan perakitan menuju proses final assembly (tahap II)
4) produksi berjalan menurut entry yang dimasukkan tadi
5) setelah barang dirakit, tinggal memeberikan sentuhan (proses finishing) dan kemudian mengalami proses packaging

Assembly Line Balancing, atau sekadar Line Balancing (LB), adalah masalah penugasan
operasi untuk workstation di sepanjang jalur perakitan, sedemikian rupa sehingga tugas dapat
optimal dalam arti tertentu. Sejak Henry Ford yang memperkenalkan lini perakitan, LB telah
merupakan masalah optimasi industri signifikan penting: efisiensi perbedaan antara yang optimal dan sub-tugas yang optimal dapat menghasilkan ekonomi (atau limbah) mencapai jutaan dolar per tahun.
LB adalah klasik Riset Operasi (OR) masalah optimasi, karena telah ditangani
oleh ATAU selama beberapa dekade. Banyak algoritma telah diusulkan untuk masalah. Belum
meskipun praktis pentingnya masalah, dan upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya, software yang tersedia secara komersial kecil tersedia untuk membantu industry mengoptimalkan baris. Bahkan, menurut survei oleh Becker dan Scholl (2004), tampaknya ada saat ini hanya dua paket yang tersedia secara komersial baik menampilkan canggih optimasi algoritma dan user-friendly interface untuk pengelolaan data.
Lebih jauh lagi, salah satu dari paket tersebut tampaknya hanya menangani "bersih" perumusan masalah (Simple Assembly Line Balancing Soal, atau SALBP), yang hanya daun
paket yang tersedia untuk industri seperti otomotif. Situasi ini tampaknya paradoks, atau setidaknya tak terduga: diberi LB ekonomi besar dapat menghasilkan, satu
akan mengharapkan beberapa paket perangkat lunak berlomba-lomba untuk mengambil bagian dari ekonomi tersebut. Tampak bahwa kesenjangan antara yang tersedia hasil dan penyebarannya di hari ini industri, mungkin karena misalignment antara masalah LB akademik ditujukan oleh sebagian besar pendekatan, dan masalah aktual yang dihadapi oleh industri.
LB adalah masalah optimasi yang sulit (bahkan bentuk-bentuk yang paling sederhana adalah NP-hard - lihat Garey dan Johnson, 1979), sehingga pendekatan yang dilakukan oleh yang biasanya adalah untuk menyederhanakan itu, dalam rangka untuk membawanya ke tingkat kompleksitas setuju ke OR peralatan. Meskipun ini merupakan pendekatan yang valid sempurna pada umumnya, dalam kasus tertentu LB hal itu mengarah pada beberapa definisi dari masalah yang mengabaikan banyak aspek dari masalah dunia nyata. Sayangnya, banyak aspek yang telah ditinggalkan dalam pendekatan sebenarnya penting untuk industri seperti otomotif, dalam arti bahwa setiap solusi mengabaikan (melanggar) aspek-aspek menjadi tidak dapat digunakan dalam industri.
Dalam sekuel, pertama-tama kita ingat secara singkat definisi klasik LB, dan kemudian meninjau bagaimana menyeimbangkan garis sebenarnya masalah yang dihadapi oleh industri berbeda dari mereka, dan mengapa solusi untuk masalah klasik mungkin tidak dapat digunakan di beberapa industri.








IV. Definisi LB
Definisi dari garis keseimbangan masalah, dijuluki SALBP (Simple Assembly Line Balancing Soal) oleh Becker dan Scholl (2004), terjadi sebagai berikut. Diketahui sebuah himpunan tugas dari berbagai durasi, seperangkat kendala keutamaan di antara tugas-tugas, dan satu set workstation, menetapkan tugas masing-masing tepat satu workstation sedemikian rupa sehingga tidak ada kendala didahulukan dilanggar dan penugasan yang optimal. Kriteria yang optimal menimbulkan dua varian dari masalah: entah sebuah siklus waktu diberikan yang tidak dapat dilampaui oleh jumlah durasi dari semua tugas yang diberikan untuk setiap workstation dan jumlah workstation harus diminimalkan, atau jumlah workstation adalah tetap dan siklus garis waktu, sama dengan jumlah terbesar durasi tugas yang diberikan pada sebuah workstation, yang harus diminimalkan.
Meskipun hanya SALBP memperhitungkan dua kendala (baik yang didahulukan ditambah kendala waktu siklus, atau kendala didahulukan ditambah jumlah workstation), itu adalah jauh varian baris menyeimbangkan yang telah yang paling diteliti. Kami telah berkontribusi dalam upaya itu Falkenauer dan Delchambre (1992), di mana kita mengusulkan Pengelompokan Algoritma Genetika pendekatan yang dicapai beberapa performa terbaik di lapangan. Algoritma Genetika yang Pengelompokan teknik itu sendiri disajikan secara rinci dalam Falkenauer (1998).
Namun penelitian dengan baik, maka hampir tidak SALBP berlaku dalam industri, seperti yang akan kita lihat segera. Fakta tidak luput dari perhatian para penelitian, dan Becker dan Scholl (2004) mendefinisikan beberapa ekstensi ke SALBP, menghasilkan denominasi Common GALBP (Generalized Assembly Line Balancing Soal). Masing-masing ekstensi dilaporkan dalam survei otoritatif mereka bertujuan untuk menangani kesulitan tambahan hadir di dunia nyata line balancing. Kami telah mengatasi salah satu aspek dalam Falkenauer (1997), juga dengan menerapkan Pengelompokan Algoritma Genetika.
Masalah utama dengan sebagian besar pendekatan yang dilaporkan oleh Becker dan Scholl (2004) adalah bahwa mereka menggeneralisasikan SALBP sederhana hanya dalam satu atau dua arah. Dunia nyata line balancing, seperti yang dihadapi khususnya oleh industri otomotif, memerlukan menangani banyak dari mereka generalisasi secara bersamaan.
Meskipun bahkan SALBP sederhana adalah NP-keras, jauh dari sejati menangkap kompleksitas masalah dalam dunia nyata inkarnasi. Di sisi lain, contoh kecil dari masalah, walaupun mereka sulit untuk memecahkan untuk optimalitas, adalah target yang sulit garis menyeimbangkan perangkat lunak, karena contoh kecil dari masalah dapat diselesaikan dekat dengan optimal dengan tangan. Namun yang tidak terjadi di otomotif dan industri terkait (bus, truk, pesawat terbang, mesin-mesin berat, dll), sejak industri tersebut secara rutin fitur lini perakitan dengan puluhan atau ratusan workstation, dan ratusan atau ribuan operasi.
Oleh karena itu, industri tersebut target utama untuk menyeimbangkan garis perangkat lunak. Sayangnya, industri yang sama juga perlu mempertimbangkan banyak GALBP ekstensi pada saat yang sama, yang dapat menjelaskan mengapa, walaupun kerja yang dilakukan mengesankan ATAU on line keseimbangan, hanya satu software yang tersedia secara komersial tampaknya saat ini tersedia untuk orang-orang industri. Kami mengidentifikasi di bawah ini beberapa kesulitan tambahan (terhadap SALBP) yang harus ditangani dalam satu baris alat keseimbangan, agar dapat diterapkan dalam industri tersebut.



Do Not Balance But Re-Balance
Banyak pendekatan secara implisit menganggap bahwa masalah yang harus dipecahkan melibatkan yang baru, namun perakitan dibangun, mungkin ditempatkan di sebuah baru, namun dibangun pabrik. Pendapat kami, ini adalah penyederhanaan yang paling suram dari pendekatan klasik, karena dalam praktiknya, hal ini hampir tidak pernah terjadi. Sebagian besar garis dunia nyata melibatkan tugas menyeimbangkan garis-garis yang ada, bertempat di pabrik-pabrik yang ada pada kenyataannya, baris target biasanya perlu rebalanced daripada seimbang, kebutuhan yang timbul dari perubahan dalam produk atau model campuran yang berkumpul di baris, maka perakitan teknologi, tenaga kerja yang tersedia, atau target produksi. Hal ini memiliki beberapa implikasi luas, diuraikan di bawah ini.

Setiap Workstation Memiliki Identitas
Sebagaimana disebutkan di atas, sebagian besar dunia nyata melibatkan tugas menyeimbangkan garis baris yang ada bertempat di pabrik-pabrik yang ada. Dalam prakteknya, ini tampaknya "tidak menarik" pengamatan memiliki salah satu konsekuensi luas, yaitu bahwa setiap workstation di garis memang memiliki identitasnya sendiri. Identitas ini bukan karena ada "ketidakmampuan abstraksi" pada bagian dari proses insinyur, melainkan fakta bahwa memang workstation tidak identik: masing-masing memiliki keterbatasan ruang sendiri (misalnya workstation di bawah langit-langit yang rendah tidak dapat mengangkat mobil operator di atas kepala), alat berat sendiri yang tidak dapat dipindahkan cadangan biaya besar, kapasitas sendiri pasokan tertentu (misalnya udara tekan), pembatasan sendiri operasi yang dapat dilakukan di luar sana (misalnya tidak menempatkan operasi pengelasan tepat di samping toko lukisan), dll

Zonasi Unmovable Operasi dan Kendala
Kebutuhan untuk mengidentifikasi workstation dengan posisi mereka di sepanjang garis (bukan semata-mata oleh seperangkat operasi yang akan dilaksanakan di luar sana) digambarkan oleh khas kebutuhan line manager untuk menentukan zonasi unmovable operasi dan kendala. Operasi adalah ditandai sebagai unmovable jika harus ditugaskan untuk workstation tertentu. Hal ini biasanya disebabkan oleh semacam alat-alat berat yang akan terlalu mahal untuk pindah ke tempat lain di toko.
Zonasi kendala unmovable generalisasi dari operasi: mereka mengungkapkan fakta bahwa sebuah operasi hanya dapat ditetapkan ke diberikan (tidak perlu contiguous) subset dari workstation dalam barisan. Contoh tipikal adalah operasi yang memerlukan kendaraan yang akan ditinggikan di atas operator: operasi seperti itu hanya dapat ditugaskan untuk workstation dengan cukup ruang untuk menampung kendaraan ditinggikan. Zonasi kendala adalah tipikal dalam industri otomotif - ada algoritma yang akan diterapkan harus ada mendukung mereka.

Tidak Dapat Menghilangkan Workstation
Sejak workstation tidak memiliki identitas mereka (seperti yang diamati di atas), menjadi jelas bahwa dunia nyata tidak dapat LB alat bertujuan menghilangkan workstation. Memang, kecuali jika workstation yang dihapuskan semua sedang berada di depan garis atau ekornya, eliminasi mereka akan membuat lubang menganga di baris, berdasarkan workstation lain 'mempertahankan identitas mereka, termasuk posisi geografis mereka di bengkel. Selain itu, sering terjadi bahwa banyak workstation yang mungkin dapat dihilangkan oleh algoritma tersebut sebenarnya diperlukan karena kendala zonasi.

Perlunya Menyamakan Loads
Sejak menghilangkan workstation tidak dapat tujuan optimasi baris, seperti yang dikemukakan di atas, adalah pemerataan atau smoothing (memang "menyeimbangkan") dari beban kerja di antara workstation yang seharusnya menjadi tujuan praktis LB. Perlu dicatat bahwa tujuan klasik minimalisasi siklus waktu, yaitu maksimum minimisasi lead time atas semua workstation, tidak selalu objektif yang sama seperti pemerataan beban. Tujuan yang terakhir biasanya diterjemahkan ke dalam minimisasi dari kuadrat perbedaan antara workstation beban, yang berarti bahwa peningkatan kecil lead time maksimum dapat menghasilkan pengurangan yang cukup besar mengacaukan keseimbangan beban, yaitu pemerataan beban kerja yang lebih baik.
Praktis yang penting harus dibuat di sini, adalah bahwa garis itu waktu siklus hampir selalu diberikan oleh perusahaan pemasaran yang menetapkan target produksi. Waktu siklus maksimum yang ditetapkan oleh pemasaran tentu saja tidak bisa dilampaui oleh garis (jika tidak, target produksi tidak akan terpenuhi), tetapi biasanya tidak berguna untuk mengurangi waktu siklus baris yang di bawah nilai tersebut. Dalam konteks ini kemudian, meminimalkan waktu siklus hanya diperlukan asalkan melebihi target - sekali bahwa tujuannya adalah bertemu, pemerataan beban kerja harus dikejar.

Multi Operator
Dalam banyak industri, khususnya otomotif, produk yang berkumpul cukup tebal untuk memungkinkan beberapa operator untuk bekerja pada produk pada waktu yang sama. Sejak itu kemungkinan tidak ada, tidak mengeksploitasi hal itu akan menyebabkan tidak perlu perakitan lama lead time, menyiratkan produktivitas berkurang. Oleh karena itu, sering terjadi bahwa beberapa operator yang aktif pada produk secara bersamaan.
Setelah fitur workstation lebih dari satu operator, workstation's lead time berhenti menjadi penjumlahan sederhana durasi dari semua operasi yang ditugaskan untuk itu. Pertama-tama, workstation secara keseluruhan akan memerlukan waktu yang sama dengan lead time dari "paling lambat" operator untuk menyelesaikan semua operasi yang ditetapkan ke workstation. Tak perlu dikatakan, karena operasi terbagi potongan kerja, hal ini tentunya tidak sama dengan jumlah durasi dibagi dengan jumlah operator.
Lebih penting lagi demikian, didahulukan kendala yang hampir selalu ada di antara operasi yang ditetapkan ke workstation, dapat memperkenalkan kesenjangan dari idle (menunggu) waktu antara operasi, setiap kali sebuah operator perlu menunggu satu lagi untuk menyelesaikan suatu tugas. Kesenjangan ini secara signifikan mengurangi efisiensi workstation dan harus jelas dikurangi sebanyak mungkin. Ini mengubah perhitungan sepele awalnya workstation memimpin-waktu (yakni, sebuah operasi penjumlahan sederhana durasi) ke penjadwalan penuh masalah. Masalahnya lebih jauh lebih rumit di hadapan operasi multi-operator dan / atau ergonomis kendala, seperti dijelaskan di bawah ini.

Multi Operator Dalam Operasi
Majelis produk besar seperti mobil kadang-kadang memerlukan kerjasama dari beberapa operator untuk melaksanakan operasi. Sebuah contoh khas multi-operator seperti operasi adalah pemasangan bemper pada mobil: bagian ini biasanya besar dan berat dan memerlukan dua operator, satu pada setiap ujung bemper (yaitu di sebelah kiri dan di sebelah kanan dari mobil) , untuk me-mount itu.
Akan dipikirkan untuk memiliki operator kedua yang ditetapkan untuk operasi bemper saja, tapi itu akan menjadi jelas sangat tidak efisien, karena untuk semua operasi lain operator akan menganggur. Oleh karena itu diinginkan untuk membuat operator melakukan operasi lain juga. Itu, bagaimanapun, secara signifikan merumitkan penjadwalan operasi dalam workstation: semua operator di workstation harus dijaga sesibuk mungkin, harus menjalankan operasi sesuai dengan kendala didahulukan, dan harus dibuat tersedia pada waktu yang sama untuk membawa keluar operasi multi-operator.

Ergonomis Kendala (Operator Positions)
Kesulitan utama dalam perakitan produk besar adalah bahwa mereka terlalu besar untuk dipindahkan (tinggi, dirotasi) dengan mudah. Karena itu mereka tetap di posisi tertentu selama seluruh tinggal di workstation, yaitu untuk semua operasi workstation tersebut telah ditetapkan. Di sisi lain, ukuran besar produk yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan operasi tertentu, kecuali produk diposisikan dengan cara tertentu. Sebagai contoh, untuk me-mount sistem pembuangan mobil, mobil harus ditinggikan - jika tidak operator harus merangkak di bawah mobil, membuat operasi sangat tidak efisien dan melelahkan.
Juga, ada situasi di mana akses ke produk terbatas. Sebagai contoh, sebuah workstation dapat melakukan operasi mengambil tempat di sebelah kiri atau kanan mobil, tapi tidak keduanya. Dalam situasi lain, posisi kerja dikenakan sejak awal. Misalnya, ketika ban berjalan dekat dengan dinding di sisi kanan di workstation, workstation hanya dapat ditetapkan operasi yang berlangsung di sisi kiri mobil.
Pertimbangan ini menimbulkan tingkat workstation ergonomis kendala (WLECs):
• Setiap operasi didefinisikan yang akan dilakukan dalam WLEC yang ditetapkan, atau 'APAPUN'
• Setiap workstation diberikan sebuah WLEC didefinisikan, atau 'APAPUN'
• Jika workstation memiliki WLEC ditetapkan, maka hanya dapat ditetapkan operasi WLEC yang sama, atau 'APAPUN'
• Jika workstation memiliki 'SETIAP' WLEC, maka dapat "memperoleh" setiap didefinisikan WLEC oleh operasi yang diberikan, tapi semuanya harus berbagi WLEC yang sama atau memiliki 'SETIAP' WLEC.

Aturan ini hanya memastikan kompatibilitas antara workstation, operasi itu ditetapkan, dan operasi di antara mereka sendiri. Misalnya, jika workstation diberikan sebuah operasi yang membutuhkan mobil untuk ditinggikan, kemudian semua operasi lain yang ditetapkan untuk workstation harus kompatibel dengan posisi itu, kalau tidak mereka tidak dapat dilaksanakan (karena mobil akan meningkat di workstation, untuk membuat layak operasi pertama).
Kemungkinan untuk menetapkan undefined ('APAPUN') WLEC untuk workstation adalah penting: lini perakitan modern sangat fleksibel, manajer lini memberikan kemungkinan untuk tidak memaksakan semua WLECs apriori, melainkan memilikinya dipilih oleh algoritma di cara yang membuat garis yang paling efisien.
Tentu saja, mungkin ada lebih dari satu jenis WLECs bermain secara bersamaan, dalam hal ini semua mereka harus puas pada semua workstation dalam setiap solusi yang valid. Sebagai contoh, sebuah set khas WLECs dalam industri otomotif meliputi tiga jenis:
• Side (kiri, kanan, depan, belakang, atau 'APAPUN')
• Ketinggian (rendah, sedang, tinggi, atau 'APAPUN')
• Tilt (miring, tidak miring, atau 'SETIAP').

Seperti yang kita amati di bagian di atas, seringkali terdapat beberapa operator yang bekerja pada sebuah produk besar pada waktu yang sama. Namun ada, pembatasan tertentu yang biasanya dikenakan pada operasi yang ditetapkan ke workstation dan penjadwalan di dalam komputer, dalam rangka untuk menghindari kontra "bentrokan" di antara operator.
Pertama, biasanya dilarang untuk memiliki dua operator yang bekerja pada waktu yang sama di tempat yang sama pada produk. Sebagai contoh, selama ini operator sedang memperbaiki interior kaca spion di dalam mobil, biasanya dilarang untuk memiliki operator lain memperbaiki audio player, karena kedua operator akan menempati kabin dari mobil pada saat yang sama, dan di sana tidak cukup ruang dalam kabin bagi mereka berdua.
Kedua, manajer lini sering berusaha untuk menghindari perjalanan yang tidak produktif operator dari satu titik pada produk lain, karena secara signifikan mengurangi efisiensi workstation dan karenanya seluruh baris. Ini berarti bahwa operator dapat "tetap" saja ke suatu tempat pada produk (katakanlah "depan-kiri") dan hanya dapat melakukan operasi yang berlangsung di sana.
Pertimbangan ini menimbulkan tingkat operator ergonomis kendala (OLECs):
• Setiap operasi didefinisikan yang akan dilakukan dalam OLEC yang ditetapkan, atau 'APAPUN'
• Setiap operator di workstation didefinisikan untuk bekerja di OLEC yang ditetapkan, atau 'APAPUN'. Perhatikan bahwa jika ada beberapa operator di workstation, akan memiliki beberapa OLECs
• Jika operator di workstation memiliki OLEC ditetapkan, maka hanya dapat ditetapkan (oleh-workstation dalam penjadwalan) operasi OLEC yang sama, atau kegiatan dengan 'SEGALA' OLEC
• Jika operator di workstation memiliki 'SETIAP' OLEC, maka dapat ditetapkan operasi dengan OLEC - dia karena itu bisa mengubah tempat kerja. Namun, dalam hal apapun,
• Dalam setiap workstation, tidak ada dua operasi yang sama dapat didefinisikan OLEC dijadwalkan untuk tumpang tindih pada waktunya, karena hal ini akan menghasilkan sebuah "bentrokan" antara beberapa operator yang bekerja di tempat yang sama pada produk pada waktu yang sama.

Menurut pengalaman kami, setiap perangkat lunak yang bertujuan untuk memecahkan menyeimbangkan baris di otomotif dan industri terkait harus mendukung kendala ergonomis dijelaskan di atas. Memang, solusi di mana, misalnya, sistem pembuangan harus dipasang di komputer yang sama seperti sunroof, hanyalah infeasible, saat mobil tidak dapat meningkat baik dalam tinggi dan posisi rendah pada saat yang sama. Sebuah solusi di mana lampu sorot kiri harus dipasang pada waktu yang sama sebagai tanda bahayanya kiri depan mungkin infeasible juga, karena kedua operator akan menempati ruang kerja masing-masing.
Namun, seperti yang disebutkan di atas, kendala yang ergonomis sangat signifikan meningkatkan tingkat kesulitan dari garis menyeimbangkan masalah. Memang,
• Workstation dengan 'SETIAP' WLEC membuat NP-keras bahkan masalah hanya menemukan sebuah tugas dari workstation ini WLECs yang layak di bawah kendala didahulukan di antara operasi dengan WLECs didefinisikan. Sebagai contoh, jika suatu operasi dengan ketinggian WLEC "tinggi" ini didahului dengan suatu operasi dengan "rendah", itu sendiri didahului dengan sebuah "tinggi" operasi, maka setiap solusi layak harus menampilkan dua "tinggi" workstation dengan "rendah" workstation di antara

• OLECs dapat secara signifikan membatasi-workstation dalam penjadwalan, menciptakan menganggur kali dalam banyak jadwal. Hal ini membuat pencarian untuk workstation dengan sedikit waktu idle jauh lebih sulit. Selain itu, multi-operator OLECs operasi dengan yang ditetapkan untuk masing-masing operator bisa sulit untuk menugaskan, karena mereka memerlukan kehadiran semua OLECs dalam satu workstation.

Produk Yang Beragam
Pada hari ini, pernah lebih dipersonalisasi (disesuaikan) produk, merakit lini perakitan hanya satu produk yang sangat langka. Hal ini terutama berlaku untuk industri otomotif, di mana banyak varian mobil yang sama, atau bahkan mobil yang berbeda, secara rutin berkumpul di baris yang sama. Sebuah baris alat untuk menyeimbangkan otomotif dan industri terkait dengan demikian harus mendukung beberapa produk di telepon.
Dalam multi-produk, operasi dapat dilakukan hanya pada subset dari produk yang berkumpul di garis. Sebagai contoh, anggaplah bahwa dua produk, A dan B, dirakit pada baris: operasi yang harus dilaksanakan pada A tetapi tidak pada B, hanya akan dilakukan bila nilai A sebenarnya sedang berkumpul, dan sebaliknya.
Hal ini sering dipertimbangkan oleh pendekatan yang jelas durasi operasi penggantian dengan durasi rata-rata mereka seluruh produksi, dan menyeimbangkan garis seakan berkumpul hanya satu produk. Namun, ini, durasi rata-rata balancing, pada dasarnya cacat di hadapan multi-operator workstation.
Memang, tujuan dari keseimbangan adalah untuk memperoleh sebuah baris yang akan seimbang rata-rata, yang menyiratkan bahwa kita perlu menghitung rata-rata lead time dari setiap workstation. The, balancing durasi rata-rata, didasarkan pada (yang benar) pengamatan bahwa jumlah rata-rata durasi sama dengan jumlah rata-rata. Namun, seperti yang ditunjukkan dalam bagian di atas, dengan beberapa operator per workstation, waktu lead bukanlah operasi penjumlahan sederhana durasi, namun hasil dari penuh-workstation dalam penjadwalan. Karena rata-rata diperoleh lead time-workstation dalam penjadwalan untuk setiap produk tidak harus sama dengan yang diperoleh lead time-workstation dalam penjadwalan operasi rata-rata durasi, premis di belakang, durasi rata-rata balancing, tidak berlaku dan pendekatan cacat: lead time yang dihasilkan akan sangat mungkin tidak mencerminkan realitas. Singkatnya, dalam rangka untuk mendapatkan rata-rata yang benar workstation lead time, pemimpin kali harus dihitung secara terpisah bagi semua produk yang dirakit, dengan durasi operasi benar, dan hanya kemudian dirata-ratakan sesuai dengan persentase masing-masing produk.
Sebagaimana disebutkan di atas, bahkan menyeimbangkan rata-rata sederhana menjadi sulit di hadapan beberapa operator di workstation, tetapi kesulitan tidak berhenti di sana. Salah satu kesulitan utama dalam menjalankan multi-produk perakitan sedang menghadapi "langka" produk, yakni produk yang dirakit relatif jarang.
Anggaplah misalnya, bahwa suatu produk tertentu C hanya mewakili 10% dari total produksi. Akibatnya, C beratnya hanya 10% di rata-rata workstation lead time. Dengan persentase kecil, pengaruh produk dalam menyeimbangkan garis rata-rata dapat dengan mudah dicairkan ke titik di mana ia diabaikan. Namun, anggaplah bahwa operasi yang berkaitan dengan perakitan dari C yang ditugaskan sedemikian rupa sehingga mendorong memimpin workstation waktu tiga garis's siklus waktu. Seperti sebuah tugas akan menyebabkan banyak waktu yang dihabiskan di komputer setiap kali C akan berkumpul, dan mungkin akan menyebabkan penghentian panjang seluruh jalur sekali dalam setiap sepuluh produk rakitan - jelas merupakan kinerja bencana.
Salah satu cara untuk menghindari masalah ini adalah dengan memperhitungkan waktu puncak di setiap workstation, yaitu lead time maksimum atas semua produk. Puncak kali ini harus disimpan pada tingkat yang wajar, yang hanya dapat dicapai dengan membawa mereka ke dalam rekening di optimasi, bersama-sama dengan saldo rata-rata. Becker dan Scholl (2004) menyebut pendekatan ini "horisontal menyeimbangkan".

Drifting Operasi
Sementara, produk adalah kesulitan yang harus ditangani oleh mengambil puncak kali ke account, namun sangat panjang, operasi yang berbeda gangguan. Dalam banyak pertemuan-pertemuan, khususnya di industri otomotif, beberapa operasi membutuhkan waktu begitu lama dan cukup, bahwa mereka berturut-turut terbagi atas beberapa workstation.
Perhatikan misalnya tidak terlalu lama masa lampau ketika CD audio jarang pemain di dalam mobil. Pada waktu itu, teknologi tidak begitu maju, jadi mount CD player diperlukan perakitan yang sangat lama waktu, beberapa baris, siklus AOS waktu. Cara standar untuk menghadapi operasi semacam itu adalah dengan split itu selama beberapa workstation yang berurutan. Idenya sederhana: pada akhir siklus waktu pada workstation pertama operasi yang ditetapkan, operasi terus sementara produk memasuki stasiun kerja berikutnya, di mana ia diambil oleh operator lain, AI dengan kata lain, operasi hanyut ke workstation berikutnya. Ini mungkin diulangi ke workstation ketiga, dll
Varian lain melayang, operator hanyut dengan operasi, yaitu dia dilihat beberapa workstation yang berurutan. Ketika operasi selesai, daun operator produk dan berjalan kembali ke workstation tempat operasi dimulai. Jika Operasi ini memang cukup, semua ini dapat dicapai sebelum produk berikutnya yang memerlukan operasi pertama memasuki workstation. Sebagai contoh, sebuah operasi yang berhubungan dengan hanya satu dalam setiap tiga produk yang berkumpul di telepon, bisa melayang di atas total sampai tiga workstation, asalkan produk diurutkan konsekuen.
Tak perlu dikatakan, penanganan operasi melayang mewakili kesulitan tambahan dalam menyeimbangkan garis algoritma. Hal ini terutama terjadi ketika ergonomis kendala (lihat bagian di atas) yang sedang ditangani dengan baik, seperti menetapkan sebuah operasi hanyut ke workstation langsung mempengaruhi ergonomis berturut-kendala pada operasi workstation akan berubah menjadi. Namun demikian, operasi melayang cukup meresap dalam otomotif dan industri terkait, sehingga alat yang ditujukan bagi industri tersebut harus mampu menangani mereka.






V. Summing Up
Kompleksitas Soal dan Waktu Persyaratan
Kesimpulan di dalam section di atas berasal dari kontak dengan kami yang luas otomotif dan industri terkait, dan mencerminkan kebutuhan mereka yang sesungguhnya. Lain "eksotis" kendala mungkin berlaku dalam setiap dunia nyata perakitan, tetapi sebuah alat untuk menyeimbangkan garis industri tersebut harus mampu menangani paling tidak aspek-aspek dari masalah. Hal ini sangat jauh dari "bersih" SALBP akademis, juga karena kebanyakan GALBP ekstensi dilaporkan oleh Becker dan Scholl (2004). Bahkan, seperti alat harus secara simultan memecahkan beberapa masalah NP-hard:
• Cari pengganti ditetapkan layak untuk semua undefined ( 'APAPUN') ergonomis kendala pada workstation, yaitu salah satu ergonomis sesuai dengan kendala dan hambatan didahulukan didefinisikan pada operasi, serta kendala dan kemungkinan zonasi operasi Drifting
• Selesaikan-workstation dalam masalah penjadwalan pada semua workstation, untuk semua produk yang berkumpul di garis
• Tetapkan operasi untuk workstation untuk mencapai saldo rata-rata yang terbaik, sekaligus mempertahankan puncak kali pada tingkat yang dapat dikelola.

Jelas, dunia nyata line menyeimbangkan masalah yang dijelaskan di atas sangat sulit untuk dipecahkan. Hal ini diperparah dengan besarnya masalah yang dihadapi dalam industri sasaran, yang secara rutin fitur lini perakitan dengan puluhan atau ratusan workstation dengan beberapa operator, dan ratusan atau ribuan operasi. Namun untuk menjadi praktis digunakan, alat pemecahan masalah harus tetap menjadi sangat cepat. Hal ini karena manajer lini memiliki banyak kemungkinan a priori memaksakan salah satu kendala yang dibahas di atas. Hal ini memungkinkan mereka untuk mode garis tepat kebutuhan mereka dalam proses berulang-ulang, di mana pengaruh pilihan apriori dinilai oleh evaluasi garis yang dihasilkan. Tak perlu dikatakan, algoritma harus menyediakan waktu respon singkat (menit) untuk membuat proses berulang-ulang praktis hal itu layak.
Kesulitan yang luar biasa dari masalah, dan kebutuhan praktis untuk menyelesaikannya dengan cepat, mungkin menjelaskan mengapa hanya satu software yang tersedia secara komersial, OptiLine, tampaknya akan tersedia. Pengelompokan OptiLine menggunakan Algoritma Genetika (GGA) diusulkan oleh Falkenauer (1998), untuk menyelesaikan masalah dengan semua aspek yang dibahas di atas, sementara menyediakan solusi berkualitas tinggi dalam perhitungan pendek. Kita tidak dapat memberikan penjelasan rinci tentang teknik GGA di sini, karena ruang yang jelas alasan - pembaca yang tertarik harus berkonsultasi dengan Falkenauer (1998) buku.

Keuntungan dari Pengelompokan Algoritma Genetika
GGA digunakan dalam Opti Line memiliki keuntungan mendasar atas metode-metode lain seperti ini dalam menangani masalah yang kompleks, yang dapat menjelaskan keberhasilannya. Karena optimasi itu sendiri dilakukan dengan perbaikan bertahap melalui pertukaran informasi antara berbagai solusi untuk masalah ini (seperti yang terjadi dalam Algoritma Genetika), yang GGA memiliki "kebebasan" untuk membangun berbagai solusi di bawah satu-satunya kendala kelayakan (yaitu kepatuhan dengan berbagai kendala), tanpa banyak memperhatikan kualitas mereka. Hal ini sangat kontras dengan metode konstruktif yang harus peduli terhadap kualitas dari solusi, dan juga kelayakan, selama proses sangat pembangunannya.
Hal ini memberikan keuntungan GGA fleksibilitas ekstrim: selama layak solusi dapat ditemukan, apa pun kualitas, GGA akan memberikan. Bahwa fleksibilitas memungkinkan untuk mempertimbangkan kendala yang beragam dan sulit untuk memuaskan seperti yang diidentifikasi di atas



















IV. Kesimpulan
Setelah mengidentifikasi sejumlah aspek dari garis keseimbangan masalah yang sangat penting dalam industri seperti otomotif, namun yang telah baik diabaikan dalam bekerja pada masalah, atau ditangani secara terpisah dari satu sama lain. Menurut hasil pengamatan, sebuah garis alat keseimbangan yang berlaku di industri tersebut harus mampu menangani mereka semua secara bersamaan. Yang memunculkan optimasi yang sangat kompleks masalah.
Kompleksitas masalah, dan kebutuhan untuk menyelesaikannya dengan cepat, dapat menjelaskan mengapa tampaknya ada hanya satu software yang tersedia secara komersial untuk menyelesaikan itu, yaitu OptiLine oleh Optimal Design. Informasi lebih lanjut tentang OptiLine, termasuk antarmuka pengguna grafis kaya.













DAFTAR PUSTAKA

• Becker C. dan Scholl, A. (2004) `Sebuah survei mengenai masalah-masalah dan metode dalam penyeimbangan jalur perakitan umum ', European Journal of Operations Research, di tekan. Tersedia on-line di http://dx.doi.org/doi:10.1016/j.ejor.2004.07.023. Artikel jurnal.
• Falkenauer, E. dan Delchambre, A. (1992) `Sebuah Algoritma Genetika untuk Bin Pengepakan dan Line Balancing ', Proceeding of 1992 IEEE International Conference on Robotics and Automation, May 10-15, 1992, Nice, Prancis. IEEE Computer Society Press, Los Alamitos, CA. Pp 1186-1192. Prosiding konferensi.
• Falkenauer, E. (1997) `A Pengelompokan Algoritma Genetika untuk Line Balancing dengan Dependent Resource Tugas Times", Proceedings of the IV International Conference on Neural Information Processing (ICONIP'97), University of Otago, Dunedin, Selandia Baru, November 24 -28, 1997. Pp 464-468. Prosiding konferensi.
• Falkenauer, E. (1998) Algoritma genetik dan Pengelompokan Masalah, John Wiley & Sons, Chichester, UK. Buku.
• Garey MR dan Johnson DS (1979) Komputer dan kedegilan - A Guide to the Theory of NP-kelengkapan, WHFreeman Co, San Francisco, Amerika Serikat. Buku.
• http://www.indonesiaqualitylinks.co.cc/index.php?option=com_content&view=article&id=15:line-balancing&catid=12:production-techniques&Itemid=16

Jumat, 09 April 2010

Peranan Budaya Pada Pola Konsumsi

Berbicara tentang budaya dan pola konsumsi adalah bicara tentang dua hal yang tak mungkin terpisahkan. Pola makan (konsumsi dalam pengertian sempit) akan berpengaruh terhadap cara berpikir dan perilaku yang akhirnya akan menjadi faktor penentu dalam membentuk budaya manusia, tentu saja disamping faktor yang lainnya seperti kondisi alam dlsb. Sebaliknya, budaya sebuah masyarakat juga akan berpengaruh terhadap cara berpikir dan perilaku masyarakatnya, termasuk didalamnya, pola konsumsinya. Karenanya, pola konsumsi dan budaya sebuah masyarakat adalah suatu hubungan yang bersifat korelatif. Namun, karena kebudayaan melahirkan sistem nilai yang kemudian terimplementasikan kedalam norma-norma sosial. Maka, kebudayaan mempunyai kekuatan menjaga sekaligus melindungi sistem kemasyarakatan dimana kebudayaan itu sendiri hidup, tumbuh dan berkembang.

Sehingga, tidak keliru pula kiranya, jika usaha kaum kapitalis untuk merubah pola konsumsi masyarakat kita yang sebelumnya dikenal sebagai hemat dan suka melakukan saving kapital menjadi masyarakat konsumtif, adalah dengan menghantam terlebih dahulu budaya masyarakatnya.

Dengan berbagai sarana yang mereka miliki, kerangka berpikir dan perilaku liberal yang termanifestasikan kedalam berbagai kegiatan sosial-budaya mereka, mereka paksakan masuknya ke negeri ini. Masuknya industri shoft drink seperti Coca-Cola dan minuman kemasan lainnya, sebagai prasyarat awal bagi masuknya investasi mereka di negara-negara dunia ketiga. Rupanya, mampu menyingkirkan fungsi patehan (orang yang bertugas membuat minuman) dalam sistem komunitas yang ada. Sebuah langkah awal yang dalam skala waktu berikutnya mampu meruntuhkan sistem kekerabatan yang selama ini menjadi tali pengikat sistem kemasyarakatan dalam masyarakat kita. Demikian pula dependensi orang-seorang terhadap masyarakat lingkungannyapun memudar sejalan dengan semakin meningkatnya berbagai produk makanan instan yang diproduksi oleh industri-industri padat modal yang kini mulai menguasai dapur-dapur ibu-ibu modern. Hampir tidak pernah lagi kita dengar, seorang ibu rumah tangga minta ke tetangga sebelah barang sejimpit garam, laos, atau daun salam, untuk melengkapi bumbu masakannya yang lupa dia belanjakan di pasar, yang kemudian diikuti dengan sedikit obrolan ringan tentang berbagai fenomena kemasyarakatan yang ada. Demikian pula, semakin menipisnya kebutuhan silaturahmi antar tetangga sebagai akibat dari semakin menipisnya sisa waktu dan tenaga individu keluarga untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Kiranya, semakin menunjukkan betapa efektifnya berbagai manuver yang dilakukan oleh kaum kapitalis terhadap sistem pertahanan budaya kita.

Meningkatnya semangat untuk mencapai kemajuan yang di indikasi oleh meningkatnya pola konsumsi individu keluarga, rupanya, benar-benar mampu memotong mata rantai ikatan kemasyarakatan yang sebelumnya menjadi pagar pengaman bagi sebuah komunitas. Sementara, kerangka penyelesaian individual oleh individu keluarga semakin menguat seiring dengan semakin terbatasnya kesempatan komunikasi mereka dengan lingkungannya dalam menangani berbagai persoalan kehidupan. Inilah yang kemudian sering kita kenal sebagai sebuah bentuk penetrasi budaya.

Sebuah operasi budaya yang dampaknya bisa kita lihat dan rasakan bersama, apabila kita mampu melihat secara kritis kondisi kebangsaan kita akhir-akhir ini. Dimana, kontrol sosial tidak lagi mampu berfungsi efektif. Demikian juga, sangsi sosial tidak lagi mempunyai kekuatan untuk mengerem, melarang, apalagi menghentikan berbagai tindak a-sosial, kriminal maupun a-moral anggota masyarakat sebagai akibat dari semakin mengecilnya dependensi mereka terhadap lingkungan kemasyarakatannya.

Sebuah keberhasilan yang sangat luar biasa dari sebuah pertarungan budaya. Dimana “uangâ€, yang tidak lagi bisa dikontrol perolehan dan penggunaannya oleh sistem sosial-budaya masyarakatnya, menjadi kekuatan utama dalam menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan keluarga.

Pola Konsumerisme

Konsumsi adalah salah satu bagian dari aktivitas manusia yang tidak mungkin dihindarkan atau ditinggalkan selama manusia masih hidup. Konsumsi dalam arti yang luas meliputi dua wilayah, yakni, konsumsi fisik yang bersifat materiil, dan konsumsi batin yang bersifat kejiwaan. Orang akan mati bila tidak makan dan minum. Demikian juga, orang akan mengalami kekeringan
jiwa jika tidak mendapatkan konsumsi batin yang cukup.


Ketika orang berbicara tentang konsumsi dari sisi materiilnya, ukurannya meski juga tidak selalu pasti, namun masih bisa menggunakan indikator atau standarisasi tertentu untuk mengukurnya. Misalnya, pengertian sandang, pangan dan papan.

Dilihat dari kebutuhan fisisnya, sandang berfungsi untuk melindungi manusia dari kondisi (termasuk didalamnya iklim) alam lingkungannya; panas, dingin, debu dan sebagainya. Sementara, secara agamis atau dari sisi moral, pakaian selain melindungi fisiknya, juga untuk menutup auratnya. Sehingga dengan berpakaian yang memenuhi syarat fungsionalnya, diharapkan, disamping orang akan terjaga kesehatannya, juga terjaga dari kemungkinan perilaku a-moral lawan jenisnya.. Karenanya, yang menjadi pertanyaan adalah berpakaian seperti apa yang kemudian bisa
dikatakan sebagai konsumtip ?.

Orang dikatakan berpakaian konsumtip apabila pakaian yang dipakainya sudah terkelupas dari fungsi utamanya. Dan, secara ekonomi sudah tidak lagi memenuhi nilai ekonomisnya. Sebagai contoh, dengan uang yang semestinya bisa dibelikan pakaian yang sudah mampu memenuhi syarat fungsional. Orang justru membeli pakaian yang meski sudah memenuhi syarat moral, yakni, menutupi seluruh auratnya; namun, tidak memenuhi syarat fisis. Karena, pakaian yang dibelinya terbuat dari bahan yang cocok atau lebih cocok untuk dipakai di daerah yang secara geografis berbeda. Misalnya, beriklim dingin. Sementara, ia tinggal di daerah tropis. Sebaliknya, meski sering pula pakaian yang dibelinya sudah memenuhi syarat fisis. Namun, dilihat dari sisi modelnya tidak memenuhi syarat moral. Hal ini dikatakan konsumtip juga. Karena, dengan uang yang dikeluarkannya, sesungguhnya sudah berlebih atau bahkan sering sangat berlebih untuk bisa dibelikan pakaian yang memenuhi syarat fungsional. Bahkan yang sering terjadi dalam alam kehidupan konsumtip saat ini, pakaian sudah sering tidak lagi memperhatikan kedua syarat
fungsionalnya. Apalagi dilihat dari sisi ekonomisnya.

Dengan label special design orang rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk membayar pakaian yang terbuat dari bahan yang harganya hanya seperberapa dari harga produk akhirnya. Belum lagi ketika pakaian itu dipakai. Tidak jarang membuat lawan jenis yang melihatnya melotot karenanya. Bukan karena model atau bahan yang dipakainya. Tetapi, lebih karena pakaian tadi bukannya melindungi aurat. Melainkan justru menjadikannya bagian-bagian tubuh sebagai sajian rasa berahi lawan jenis. Untuk apa ?!?. Untuk mendapatkan perhatian umum. Agar dikatakan sebagai orang hebat !. Beda dengan yang lain !. Orang modern ??!. dan lain-lain, dan lain-lain.

Dari sini, fungsi pakaian sudah bergeser dari fungsi utamanya. Pakaian tidak lagi sekedar menjadi alat pelindung fisik seseorang dari iklim dan nafsu lawan jenis, tetapi, sudah menjadi bagian dari perangkat untuk mewujudkan eksistensi seseorang. Dalam semangat seperti ini, meski sering bisa dikata kurang atau bahkan mungkin tidak cocok, mereka berpakaian layaknya orang-orang di wilayah lain yang jelas berbeda baik dari sisi geografis maupun budayanya. Hal seperti ini dilakukan agar si pemakai bisa dikatakan setara dengan standart kehidupan mereka. Mereka tidak lagi melihat pakaian dari sisi fungsionalnya. Tetapi sudah menempatkannya ke dalam wilayah status sosial. Atau mungkin yang lebih trendy lagi sebagai gaya hidup. STYLE !!!.

Dengan bergaya seperti ini. Meski harus mengorbankan nilai fungsional dan ekonomisnya, mereka mendapatkan satu sisi lain yang merupakan bagian integral dalam berkonsumsi, yakni,
kepuasan batin !!!. Salahkah dia ?!?.


Sebuah pertanyaan pendek yang membutuhkan jawaban panjang. Karena, kita tidak bisa melihatnya dengan sebelah mata saja. Hanya kemudian yang menjadi persoalan adalah sistem nilai seperti apa yang akan dipakai untuk dijadikan sebagai indikator penilaian atas hal ini.

Dari kacamata kapitalistik, dimana, keinginan atau kebutuhan manusia harus dipompa habis-habisan agar mampu menyerap semua produk industri. Pendapat atau keyakinan diatas adalah benar. Karena, semangat beda, lebih dari yang lain, atau dalam bahasa globalnya bersaing bebas atau persaingan bebas adalah sebuah karakter yang menjadi prasyarat bagi berjalan sempurnanya sistem ini. Sebuah sistem yang tidak mengakui keberadaan etika dan moral sebagai penjaga sekaligus pengawal bagi terciptanya keharmonisan pergaulan antar umat manusia. Etika bagi seorang kapitalis adalah bagaimana menciptakan sebuah keyakinan sehingga orang yang dieksploitir tidak merasakan sakitnya. Sebaliknya, justru menikmatinya sebagai sebuah anugrah berupa kesempatan yang tidak boleh disia-siakan dalam kehidupannya. Demikian pula moralitas. Bagi mereka, moralitas adalah bagaimana mereka bisa meraih keuntungan sebesar-besarnya atas investasi yang ditanamnya. Mereka tidak perduli dengan apa dan bagaimana akibat yang ditimbulkannya. Mereka tidak peduli apakah dengan pakaian yang dipasarkannya itu akan mendorong munculnya banyak kasus pemerkosaan, atau apakah dengan pakaian itu akan mengakibatkan si pemakai terpaksa melakukan utang yang sesungguhnya tidak perlu dilakukan.
Bagi mereka, ini tidak penting !!!

Dalam kerangka berpikir seperti ini. Berkonsumsi adalah hak asasi individual yang tidak memiliki tanggungjawab sosial. Karenanya, maksimalisasi pola konsumsi menjadi bagian yang sangat dianjurkan. Dan, untuk memacunya, mereka membawanya kedalam sebuah gaya hidup yang kemudian diberi label atas tingkat kemampuan berkonsumsinya sebagai status sosial.

Bagi peyakin ideologi ini, ekses yang diakibatkan atau ditimbulkan oleh investasi bukanlah menjadi tanggungjawabnya. Karena, hanya dengan memacu pola konsumsi masyarakat semaksimal mungkin seperti inilah mereka berharap produk industri akan terserap oleh pasar. Sebuah artikulasi dari pengertian konsumsi dalam teori pertumbuhan dimana keuntungan pasti akan mereka peroleh
dari investasi yang mereka tanam.

Sebaliknya, apabila kita melihatnya dari kacamata sosialistik. Sikap dan perilaku seseorang tidak hanya mewakili dirinya sendiri. Melainkan di dalam hak-hak individual-nya terkandung hak dan kepentingan orang lain. Atau dengan kata lain, setiap gerak dari individu dalam masyarakat akan berpengaruh terhadap lingkungannya. Dan, demikian pula sebaliknya.

Karenanya, didalam berkonsumsi. Seorang yang berpandangan sosialis akan memper-timbangkan berbagai pengaruh yang mungkin muncul dari sikap dan perilakunya. Sehingga, meski memiliki kemampuan membeli atas sebuah produk. Hal ini sering tidak dilakukannya. Bukan karena tidak ingin mengkonsumsi atau tidak mampu membelinya, melainkan, justru karena pertimbangan kondisi sosial-ekonomi sekelilingnya. Atau, bahkan tidak jarang, sikap diatas muncul atas pertimbangan moral. Dalam pola berpikir seperti ini, orang didorong untuk menyimpan kelebihan kemampuan konsumsi kedalam tabungannya, atau dengan kata lain melakukan saving. Baik itu dilakukan dalam bentuk uang atau bisa juga dalam bentuk barang. Yang dalam masyarakat yang oleh kaum kapitalis disebut sebagai masyarakat tradisional, biasa diwujudkan dalam bentuk logam mulia (perhiasan emas). Dalam kerangka berpikir seperti ini, nafsu berkonsumsi dikendalikan oleh norma-norma sosial. Sementara, nafsu atau keinginan untuk berhias diri (berkonsumsi) sebagai salah satu cara untuk mengekpresikan eksistensi diri, mereka ekspresikan pada acara-acara adat maupun hajatan (sunatan, pernikahan dll). Dalam situasi seperti ini norma-norma sosial dan budaya yang ada di dalam masyarakat ikut berperan aktif di dalam membentuk kerangka berpikir ekonomi masyarakatnya. Perhiasan yang berupa logam mulia dalam masyarakat seperti ini memiliki fungsi ganda, yakni, sebagai barang konsumsi sekaligus simpanan (tabungan). Karenanya, daya tahan serta kekuatan ekonomi sebuah keluargapun akan sangat ditentukan oleh seberapa besar keluarga itu mampu melakukan saving. Semakin besar cadangan logam mulia berada pada sebuah keluarga, akan semakin tenang mereka menghadapi kehidupannya. Sebaliknya, semakin minim cadangan modal tadi mereka miliki, semakin rentan pula mereka terhadap persoalan yang bersifat mendesak, seperti, keluarga ada yang masuk rumah sakit, gagal panen (pada
masyarakat pertanian), beaya pendidikan anak dlsb.

Dalam masyarakat yang sekarang sering mengaku sebagai modern, saving bisa pula dilakukan dengan memanfaatkan jasa perbankan, baik menggunakan tabungan harian ataupun tabungan berjangka. Hanya saja, karena fluktuasi nilai mata uang yang sering tidak menguntungkan deposan. Maka saving dengan menggunakan logam mulia, bagi masyarakat awam, jauh lebih aman, mengingat harga logam mulia yang sampai saat ini terkait dengan standar pasar internasional. Apalagi ada semacam aturan tak tertulis yang hingga kini masih berlaku dalam perdagangan logam mulia bahwa penjual (pedagang/toko) logam mulia harus mau membeli kembali barang dagangannya setiap saat pembeli hendak mengembalikan (menjual kembali) kepada penjual dengan
harga pasar terakhir.

Dari gambaran sepintas tadi, sebenarnya bisa kita lihat bahwa konsumsi sebagai bagian dari sistem kehidupan makhluk hidup termasuk kita manusia, adalah sesuatu yang tidak mungkin kita tinggalkan. Hanya saja persoalan yang muncul adalah ketika konsumsi itu sendiri sudah tidak lagi didasarkan atas kebutuhan, melainkan sudah menjadi kebutuhan. Inilah yang sesungguhnya sering kita kenal sebagai konsumerisme.